MARKET

Ambisi Akulaku IPO di Bursa Wall Street, Bidik Dana Rp28,7 Triliun

Fintech Jack Ma ini diprediksi akan IPO via SPAC.

Ambisi Akulaku IPO di Bursa Wall Street, Bidik Dana Rp28,7 TriliunAkuLaku. (ShutterStock_Postmodern Studio)
18 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Akulaku, perusahaan penyedia jasa keuangan, sedang menimbang-nimbang rencana menggelar penawaran umum saham perdana di Wall Street.

Akulaku yang mendapat sokongan dari Ant Group Co milik Jack Ma ini sedang menjajaki pembicaraan awal terkait rencana merger dengan perusahaan cangkang alias cek kosong atau special purpose acquisition company (SPAC) bernama Catcha Investment Corp (CHAA) senilai US$2 miliar atau setara Rp28,7 triliun.

Catcha Investment Corp (CHAA) sendiri merupakan perusahaan SPAC yang didirikan oleh Patrick Grove, seorang internet-entreprenur berkewarganegaraan Australia.

Langkah senyap menuju Wall Street

Bloomberg pada Senin (17/1) memberitakan startup fintech tersebut sedang dalam tahap pembicaraan awal dengan Catcha Investment Corp, perusahaan akuisisi tujuan khusus yang didirikan oleh pengusaha internet Patrick Grove.

Menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg, merger dapat dilakukan. Selain itu, negosiasi masih berada dalam tahap awal, dan keputusan masih dapat berubah. Akulaku masih terbuka dengan kemungkinan eksplorasi lain.

Perusahaan itu juga dikabarkan sedang mencari putaran pendanaan dari pihak swasta sekitar US$200 juta hingga US$300 juta.

Jika terlaksana, startup yang berkantor pusat di Jakarta tersebut akan mengikuti jejak perusahaan rintisan Asia Tenggara yang telah setuju untuk go public di AS melalui merger SPAC seperti PropertyGuru Pte Singapura dan FinAccel Pte, induk dari fintech Kredivo Indonesia.

Bisnis perbankan digital hingga broker asuransi

Akulaku didirikan pada 2014 dengan menawarkan layanan perbankan digital, kredit konsumen, investasi digital, dan broker asuransi. Perusahaan ini beroperasi di Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Filipina.

Perusahaan mengharapkan pendapatan tahunan US$619 juta atau sekitar Rp8,88 triliun dan gross merchandise value (GMV) sekitar US$5 miliar atau kisaran Rp71,75 triliun pada tahun 2021, menurut dokumen internal dari Oktober yang dilihat oleh Bloomberg News.

Selain bergerak di bidang fintech, Akulaku juga menyasar sektor finansial lain yang sedang tumbuh subur, yaitu industri perbankan digital. Hal ini terlihat dari langkah Akulaku yang telah mengakuisisi PT Bank Yudha Bhakti Tbk dan menyulapnya menjadi bank digital baru bernama PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Related Topics