Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dibayangi Kabar Shutdown Pemerintah AS, IHSG Diprediksi Koreksi Lagi

Layar yang menunjukkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Layar yang menunjukkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan kembali terkoreksi pada Kamis (2/10), setelah ditutup turun 0,21 persen ke level 8.043.

Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Reza Diofanda, mengatakan, kemarin IHSG ditutup menurun dengan aksi jual asing mencapai Rp997 miliar. Secara teknikal, indeks berpotensi menguji support psikologis di level 8.000.

"Meski data inflasi dan neraca perdagangan domestik tercatat positif, tekanan jual asing yang signifikan terutama pada saham perbankan, serta kekhawatiran pasar terhadap potensi shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS), menjadi faktor utama pelemahan," jelas Reza dalam riset hariannya.

Ia memproyeksikan IHSG hari ini bergerak di kisaran support 8.000 dan resisten 8.157. Daftar saham yang masuk dalam pantauan BRIDS adalah BRMS, BKSL, dan BUVA.

Senada, Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG hari ini berpotensi menguji level psikologis di 8.000, dengan level pivot 8.050 dan resisten 8.100. Daftar saham pilihan tim Phintraco hari ini, yakni: UNVR, ANTM, JPFA, MAIN, dan PYFA.

"Secara teknikal, pembentukan histogram negatif pada MACD masih berlanjut serta stochastic RSI berada pada pivot area," demikian menurut tim riset Phintraco Sekuritas.

Pergerakan indeks antara lain dipengaruhi oleh berita government shutdown di AS serta indikator ekonomi domestik. Pada September 2025 terjadi inflasi 0,21 persen (MoM) dari deflasi 0,08 persen (MoM) pada Agustus 2025, akibatnya inflasi tahunan berakselerasi menjadi 2,65 persen (YoY) dari 2,31 persen (YoY) pada Agustus 2025 dan di atas perkiraan 2,5 persen (YoY).

Untuk inflasi inti tercatat sebesar 2,19 persen (YoY) dari 2,17 persen (YoY), namun masih di bawah estimasi 2,2 persen (YoY). Meskipun mengalami kenaikan, namun laju inflasi September 2025 masih dalam kisaran target BI yaitu 1,5 persen-3,5 persen. Untuk data manufacturing PMI bulan September 2025, terjadi penurunan ke level 50,4 dari 51,5 pada Agustus 2025, namun masih mengindikasikan terjadinya ekspansi. 

Sedangkan neraca perdagangan Agustus 2025 membukukan surplus US$5,49 miliar, naik dari US$4,18 miliar pada Juli 2025, serta lebih baik dari perkiraan US$3,99 miliar. Ini merupakan surplus tertinggi sejak Oktober 2022, seiring dengan kenaikan ekspor 5,78 persen (YoY) dan penurunan impor sebesar 6,56 persen (YoY). Seiring dengan diterapkannya tarif resiprokal AS sebesar 19 persen, laju pertumbuhan ekspor pada Agustus lalu merupakan pertumbuhan paling kecil sejak April 2025, karena ekspor ke AS hanya tumbuh 2,96 persen, turun dari bulan sebelumnya yang tumbuh 38,8 persen.

Share
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Market

See More

Pembukaan IHSG hari ini 02 Oct 2025, dibuka menguat

02 Okt 2025, 09:10 WIBMarket