Jakarta, FORTUNE – Harga kakao berjangka mencatat kenaikan tertinggi sepanjang sejarah mencapai US$10.080 atau sekitar Rp159,74 juta (kurs Rp15.847,72 per dolar AS) per ton, pada perdagangan Selasa (26/3), sebelum akhirnya ditutup lebih rendah pada level US$9.622.
Bloomberg melaporkan, bahwa kenaikan ini dipicu oleh memburuknya hasil panen para petani utama di Afrika Barat, sehingga pasokan tahunan dunia mengalami defisit. “Industri ini sedang bergulat dengan dampak buruknya pendapatan yang dibayarkan kepada petani kakao dan kekhawatiran yang meningkat mengenai kemampuan untuk mendapatkan biji kakao dalam jumlah yang cukup,” tulis media ini, seperti dikutip Rabu (27/3).
Tekanan juga terjadi di pasar keuangan, di mana beberapa pedagang telah menjual kontrak berjangka untuk melakukan lindung nilai terhadap kepemilikan fisik. Namun, saat menunggu jatuh tempo, pedagang membutuhkan uang tunai untuk memenuhi margin call atas kerugian derivatif di pasar yang sedang berkembang, dan membuat mereka terpaksa menutup posisi short sehingga mendorong terjadinya reli.