Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Harga Nikel Lesu, Laba Harita Nickel (NCKL) Justru Meroket

HPL_OPERASIONAL_24012024_8.jpg
Area operasional PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel di Pulau Obi. (Dok. Harita Nickel)
Intinya sih...
  • Kinerja Trimegah Bangun Persada (NCKL) diperkirakan positif di tengah pelemahan harga nikel.
  • Peningkatan produksi melalui PT Gane Tambang Sentosa (GTS), PT Megah Surya Pertiwi (MSP), dan PT Halmahera Jaya Produk (HJP) mendukung stabilitas perseroan.
  • Harga nikel menurut London Metal Exchange (LME) stabil pada kisaran US$15.000.

Jakarta, FORTUNE - Di tengah pelemahan harga nikel global, emiten pertambangan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, justru membukukan kinerja keuangan yang solid. Laba bersih perseroan meroket 65,47 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp1,66 triliun pada kuartal I-2025, dari Rp1,00 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Kinerja positif ini juga tecermin pada pendapatan yang meningkat 18,12 persen (YoY) dari Rp6,03 triliun menjadi Rp7,13 triliun. Pencapaian tersebut membuat manajemen optimistis dapat mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba yang positif sepanjang tahun ini.

“Manajemen kami melihat masih ada kemungkinan untuk mengalami peningkatan,” kata Direktur Utama Harita Nickel, Roy Arman Arfandy, di Jakarta, Rabu (18/6).

Lonjakan kinerja ini utamanya ditopang oleh operasionalisasi smelter baru berteknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Setelah penyelesaian pembangunan pada Januari 2025, fase pertama smelter tersebut telah mencapai kapasitas produksi penuh pada Maret 2025. Hasilnya, fasilitas ini langsung berkontribusi terhadap penjualan sebesar 43.873 ton kandungan nikel dalam feronikel (FeNi) pada kuartal pertama tahun ini.

Optimisme perseroan turut didukung oleh peningkatan volume produksi, salah satunya melalui PT Gane Tambang Sentosa (GTS) yang telah mulai berproduksi. Di sisi lain, sektor pengelolaan nikel diperkirakan tetap stabil, ditopang oleh produksi dari PT Megah Surya Pertiwi (MSP) dan PT Halmahera Jaya Produk (HJP) yang kapasitasnya sudah beroperasi penuh.

Roy menambahkan, kontribusi dari entitas asosiasi juga akan menjadi faktor pendorong kinerja.

“Kontribusi dari PT KPS [Karunia Permai Sentosa] dan ONC [Obi Nickel Cobalt] tentu ada pertambahan karena pada tahun 2025 PT ONC sudah mencapai kapasitas penuh serta PT KPS juga sudah mulai berproduksi di tahun 2025 ini,” ujarnya.

Sementara itu, terkait harga komoditas, NCKL memproyeksikan harga nikel di London Metal Exchange (LME) akan cenderung stabil pada kisaran US$15.000 per ton.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us