IHSG Kebakaran Hingga Trading Halt, Investor Diminta Wait and See

- Indeks harga saham gabungan melemah lebih dari 5 persen pada perdagangan hari ini (18/3).
- Ketidakpastian dari pasar internasional akibat perang dagang mendorong investor asing keluar dari pasar saham Indonesia.
- Harga komoditas global yang turut melemah memberikan tekanan pada sektor pertambangan dan perkebunan.
Jakarta, FORTUNE - Indeks harga saham gabungan telah melemah lebih dari 5 persen pada perdagangan hari ini (18/3). Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11.19 WIB.
Analis PT Infovesta Utama, Arjun Ajwani, mengatakan sejumlah sentimen negatif dari ranah domestik dan global telah menekan pasar saham Indonesia. Ketidakpastian dari pasar internasional akibat perang dagang dinilai masih menjadi faktor utama yang mendorong investor asing keluar dari pasar saham Indonesia, dan memilih mengalihkan dana ke aset lebih aman.
Dari Tanah Air, perlambatan ekonomi tecermin pada turunnya penerimaan pajak yang menunjukkan lemahnya aktivitas bisnis. Selain itu, muncul kekhawatiran terhadap dampak pembentukan holding BUMN, Danantara, yang dinilai berpotensi memengaruhi industri dan regulasi di Indonesia.
“Ditambah lagi, lonjakan jumlah PHK dan banyaknya pabrik yang tutup menandakan lemahnya daya beli masyarakat serta tekanan terhadap sektor manufaktur dan tenaga kerja,” kata Arjun kepada Fortune Indonesia, Selasa (18/3).
Selain itu, harga komoditas global yang turut melemah, seperti batu bara, minyak sawit (CPO), dan nikel, memberikan tekanan pada sektor yang selama ini menjadi salah satu pendorong ekonomi Indonesia.
Harga komoditas yang lebih rendah tidak hanya berdampak pada pendapatan emiten pada sektor pertambangan dan perkebunan, tapi juga mengurangi penerimaan negara dari ekspor dan royalti.
Arjun menilai IHSG masih akan mengalami gejolak hingga akhir pekan ini. Untuk itu, Arjun menyarankan kepada investor untuk bersikap wait and see terlebih dahulu.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Liza Camelia, Head of Research Kiwoom Sekuritas. Menurutnya, investor saat ini lebih baik bersikap hold serta wait and see, dan menunggu IHSG kembali stabil ke level 6.200.
Liza mencermati terdapat sejumlah sentimen negatif yang menyebabkan pasar mengalami ketidakpastian, seperti tingginya PHK massal mendekati Lebaran, penetapan credit rating oleh sejumlah lembaga seperti Fitch, S&P, and Moody's yang bergulir setelah penurunan rating pasar saham Indonesia dari Morgan Stanley dan Goldman Sachs.
Tidak hanya itu, keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia disusul FOMC Meeting pada Rabu dan Kamis nanti terkait suku bunga, menurutnya, menjadi salah satu sentimen pelemahan saham. Rumor akan mundurnya dua menteri pada Kabinet Merah Putih juga dinilai turut menjadi sentimen yang menekan IHSG.
Ia mencermati kondisi seluruh saham global naik, kecuali Indonesia. Nikkei 224 tumbuh 1,98 persen, KOSPI naik 0,15 persen, Hang Seng tumbuh 1,98 persen, dan sebagainya.
Pelemahan IHSG di tengah kenaikan seluruh saham global ini dinilai sebab pemerintah yang kurang peduli dengan pasar saham. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Cina, pemerintah Negeri Tirai Bambu itu bahkan menyiapkan sejumlah paket stimulus untuk mendongkrak pasar sahamnya.
“Pemerintah dan otoritas bursa tampaknya lupa berusaha menciptakan iklim pasar modal yang lebih kondusif dan terstruktur. Pemerintah juga penting untuk peduli terhadap posisi IHSG kita secara capital market sejatinya adalah representasi terdepan dari kondisi kesehatan para perusahaan di negara ini,” ujar Liza kepada Fortune Indonesia, Selasa (18/3).
Ia mencermati hari ini IHSG akan berada pada rentang 5.880-6.000.
Sementara itu, analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengamati koreksi IHSG ini dibebani oleh emiten-emiten perbankan big caps dan konglomerasi yang terkoreksi agresif. Ia memperkirakan IHSG akan menguat dalam jangka pendek terlebih dahulu untuk uji rentang 6.192-6.247.