Kembangkan Energi Biomassa, Bukit Asam Budidaya Kaliandra

Jakarta, FORTUNE - PT Bukit Asam Tbk mengambil langkah untuk mengembangkan biomassa melalui budidaya kaliandra merah, sebagai salah satu upaya menciptakan energi alternatif.
Dengan penanaman kaliandra merah di lahan seluas 80 hektare, perseroan berpeluang mengurangi emisi karbon sebesar 119,18 ton per hektare per tahun. Lebih lanjut, itu juga dapat menyimpan energi biomassa sebesar 11.805 ton untuk dijadikan wood pellet, dengan kapori sekitar 4.500-4.700 kcal per kilogram.
Langkah budidaya kaliandra itu ditandai dengan soft launching Reklamasi Bentuk Lain untuk Pengembangan Budidaya Kaliandra Merah di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Nantinya, kaliandra merah itu akan perseroan olah menjadi wood pellet, bahan bakar campuran batu bara (cofring) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Direktur Utama Bukit Asam, Arsal Ismail mengatakan budidaya kaliandra merah adalah salah satu cara PTBA mendukung transisi energi guna mencapai target Net Zero Emission pada 2060.
Dalam budidaya itu, Bukit Asam akan melibatkan tim peneliti Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. "Kaliandra merah diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Selaras dengan kebijakan Pemerintah mengenai pengurangan emisi," ujarnya dalam keterangan dalam keterbukaan informasi, Rabu (11/10).
Mengapa Bukit Asam memilih untuk membudidayakan kaliandra? Menurut Direktur Pengembangan Usaha Bukit Asam, Rafli Yandra, itu karena kayunya mempunyai nilai kalor tinggi, pertumbuhannya pun cepat, serta mudah tumbuh di berbagai kondisi, dan cepat bertunas.
Ia menambahkan, "Kaliandra merah juga menyerap karbon dari udara untuk memproduksi biomassa. Dengan mencampurkan biomassa dan batu bara, maka emisi dapat dikurangi."