Rampungkan Pabrik, Cisadane Sawit (CSRA) Alokasikan Capex Rp100 Miliar

- CSRA mengalokasikan capex Rp100 miliar untuk ekspansi bisnis kelapa sawit pada 2025.
- Rp50 miliar akan diprioritaskan untuk menyelesaikan pembangunan pabrik ketiga di Banyuasin.
- Perusahaan berencana meningkatkan investasi, mekanisasi, dan fokus pada inisiatif ESG sebagai bagian dari strategi pertumbuhan.
Jakarta, FORTUNE - PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menunjukkan keseriusannya dalam menggarap potensi bisnis kelapa sawit pada 2025 dengan mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp100 miliar. Langkah strategis ini diumumkan oleh Direktur Keuangan dan Pengembangan Strategis CSRA, Seman Sendjaja, sebagai bagian dari upaya perseroan meningkatkan kapasitas produksi dan memperkuat posisinya di industri.
Seman menjelaskan separuh dari dana capex tersebut, atau sekitar Rp50 miliar, akan diprioritaskan untuk menuntaskan pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) ketiga milik CSRA yang berlokasi di kabupaten Banyuasin.
Pabrik yang diharapkan mulai beroperasi pada Juli 2025 ini akan menjadi motor penggerak peningkatan produksi CPO perseroan. Sementara itu, sisa dana sebesar Rp50 miliar lainnya akan dialokasikan untuk pembayaran ganti rugi tanam tumbuh (GRTT) dan penanaman area baru di wilayah operasional CSRA di Sumatera Selatan.
Keputusan CSRA untuk melakukan ekspansi ini didasari oleh keyakinan akan prospek cerah industri kelapa sawit pada 2025. Berbagai indikator menunjukkan tren positif, di antaranya adalah perkiraan kenaikan harga CPO yang diprediksi melampaui MYR4.500 per ton, atau tumbuh lebih dari 7,2 persen.
Selain itu, produksi CPO nasional juga diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan 3,9 persen seiring dengan berakhirnya peristiwa El Nino pada Mei 2024.
Kendati demikian, tantangan dalam industri kelapa sawit, kata Seman, masih akan tetap ada. Kebijakan energi domestik yang dinamis, ketatnya persaingan di pasar global, serta kebutuhan untuk terus berinovasi dalam teknologi menjadi beberapa hal yang perlu diantisipasi agar pertumbuhan dapat berkelanjutan.
“Transformasi teknologi dan inovasi menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan industri sawit,” demikian Seman dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Senin (24/3).
Untuk menghadapi tantangan dan meraih peluang yang ada, CSRA berencana meningkatkan investasi di pabrik dan melakukan mekanisasi pada berbagai lini operasional.
Langkah tersebut bertujuan mendukung pencapaian target pendapatan jangka panjang perusahaan.
Selain itu, CSRA juga memprioritaskan penciptaan arus kas yang kuat seiring dengan berbagai langkah pengembangan strategis yang tengah dijalankan, termasuk ekspansi operasional, peningkatan kapasitas produksi, serta adopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan.
“Dengan tata kelola yang tepat, saya yakin CSRA dapat memperkuat kinerjanya dan meraih pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan," ujar Seman.
Tidak hanya berfokus pada aspek finansial dan operasional, CSRA juga terus meningkatkan inisiatif dalam prinsip environmental, social, dan governance (ESG). Perusahaan memiliki konsentrasi khusus pada inisiatif kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan kearifan lokal (HEEL).
Sebagai bukti komitmennya, CSRA baru saja mendapatkan sertifikasi ISPO untuk kebun PT SSG dan PT ABI di Sumatera Selatan pada 19 Maret 2025.
Langkah ekspansi CSRA ini didukung oleh kinerja keuangan yang solid pada 2024. Perseroan tahun lalu membukukan peningkatan laba bersih 46 persen menjadi Rp213,36 miliar, serta pertumbuhan pendapatan 21,8 persen menjadi Rp1,07 triliun.
Kinerja gemilang ini menjadi modal kuat bagi perusahaan untuk merealisasikan rencana ekspansinya pada 2025 dan memanfaatkan momentum positif di industri kelapa sawit.