Terkena Sentimen FTX, Nilai Bitcoin Terendah Sejak 2020

Jakarta, FORTUNE – Bitcoin terus membukukan penurunan harga sepanjang tahun ini. Belakangan, kinerja aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu ditengarai terkena sentimen bursa aset kripto FTX yang bangkrut.
Menurut data dari CoinMarketCap, saat artikel ini ditulis Bitcoin jatuh pada harga terendah US$15.599, dan diperdagangkan pada US$15.776. Posisi harga aset kripto tersebut dianggap terendah sejak September 2021.
Menilik ke belakang, harga Bitcoin sempat mencapai level tertinggi pada US$68.000 November tahun lalu. Jika dibandingkan dengan posisi tertinggi sepanjang masa tersebut, nilai aset berkode BTC itu terkoreksi 77 persen.
Menyitir Forkast News, investor disinyalir cemas dengan kasus kepailitan bursa FTX. Dampaknya dapat menyambar ke platform jual beli aset lain yang memiliki eksposur.
Pekan lalu, Genesis, broker aset kripto, menyatakan terpaksa menangguhkan penebusan (redemption) pada layanan pinjamannya. Sedangkan, Gemini Trust menunda penebusan dalam program penghasilannya. Lalu, BlockFi, yang memiliki hubungan dekat dengan FTX US, tengah bersiap mengajukan kebangkrutan, menurut warta dari Bloomberg News.
Para pelanggan kripto juga disebut khawatir akan terulangnya keruntuhan stablecoin Terra dan Luna yang terjadi pada Mei.
Menurut cointelegraph, sejumlah sentimen ekonomi makro turut memberikan dampak negatif terhadap performa Bitcoin. Misalnya, inflasi Amerika Serikat yang mencapai 8,2 persen pada September, dan lebih tinggi dari 8,1 persen yang diprediksi oleh para ahli. Seakan belum cukup, kenaikan suku bunga AS ditengarai ikut membebani harga Bitcoin.
Koreksi jangka pendek

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menyatakan tekanan dari kepanikan investor imbas perkara FTX masih terlalu besar.
"Di samping itu, situasi makroekonomi di Eropa juga tak kunjung stabil. Inflasi Inggris terus mengalami kenaikan menjadi 11,1 persen tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Kemudian, inflasi Eropa tembus 10,6 persen, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Ada pula ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang kembali memanas," kata Afid dalam rilis resmi, Jumat (18/11).
Investor juga tampak masih pesimistis terhadap pasar aset kripto. Itu tampak dari Fear and Greed Index Bitcoin yang tetap berada pada level 30, dengan kategori Extreme Fear.
Meski proyeksi jangka pendeknya suram, aset kripto tetap memiliki prospek cerah dalam jangka panjang. Buktinya, menurut survei dari The Bank of New York Mellon Corporation, 91 persen investor institusi tertarik untuk berinvestasi dalam aset token pada tahun-tahun mendatang.
Jajak pendapat itu juga menunjukkan 40 persen investor itu mengaku telah memiliki kripto dalam portofolionya. Bahkan, sekitar 75 persen responden mengaku berinvestasi dalam aset digital secara aktif atau tengah mempertimbangkan untuk melakukannya.