Transaksi Kripto RI Turun 24,5% di November 2025, Ini Penyebabnya

Jakarta, FORTUNE - Aktivitas perdagangan aset kripto di Indonesia melambat menjelang tutup tahun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai transaksi kripto pada November 2025 sebesar Rp37,20 triliun, turun 24,53 persen dibandingkan Oktober 2025 yang mencapai Rp49,29 triliun.
Secara akumulatif sepanjang 2025 (year to date/YTD), nilai transaksi aset kripto masih tergolong besar dengan total Rp446,77 triliun. Namun, angka tersebut menurun dibandingkan periode Januari–November 2024 yang tercatat sebesar Rp556,53 triliun, atau turun sekitar Rp109,76 triliun setara 19,72 persen secara tahunan (YoY).
Di tengah pelemahan pasar, Tokocrypto mencatatkan performa yang relatif stabil. Hingga November 2025, total nilai transaksi di platform tersebut mendekati Rp150 triliun, mencerminkan tingginya minat pengguna meski pasar kripto global sedang mengalami fase koreksi.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menjelaskan bahwa pelemahan transaksi sejalan dengan pergerakan harga Bitcoin yang diperkirakan mencatatkan bulan terburuk kedua sepanjang 2025. Pada November, harga Bitcoin terkoreksi lebih dari 17 persen akibat kombinasi arus keluar dana dari ETF Bitcoin, melemahnya permintaan institusional, serta meningkatnya tekanan jual dari investor jangka pendek.
“Tekanan pasar global semakin besar setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperluas kebijakan tarif terhadap Cina pada 10 Oktober 2025, yang memicu penilaian ulang risiko di pasar global. Volatilitas berlanjut hingga November dan diperparah oleh penutupan pemerintahan AS yang memecahkan rekor, sehingga memperketat likuiditas di pasar keuangan tradisional,” ujar Calvin, dalam keterangan pers, Kamis (18/12).
Selain faktor makroekonomi, aliran dana institusional juga menunjukkan tren pelemahan. Data SoSo Value mencatat ETF Bitcoin di Amerika Serikat mengalami arus keluar sebesar US$3,48 miliar sepanjang November, menjadi arus keluar bulanan terbesar kedua sejak produk tersebut diluncurkan pada 2024. Situasi ini turut memengaruhi sentimen investor domestik yang cenderung bersikap wait and see menjelang libur akhir tahun dan perayaan Natal.
Potensi “Santa Claus rally” dan prospek 2026
Lebih lanjut, Calvin menilai akhir tahun tetap menyimpan potensi di pasar kripto meskipun volatilitas masih tinggi. Secara historis, Bitcoin kerap menunjukkan pola musiman yang dikenal sebagai “Santa Claus rally”, yakni kecenderungan penguatan harga pada periode menjelang hingga setelah Natal.
Dalam satu dekade terakhir, Bitcoin tercatat mengalami reli sebanyak tujuh kali pada periode pra-Natal dan lima kali pasca-Natal, dengan kisaran kenaikan pra-Natal antara 0,20–13,19 persen dan pasca-Natal 0,33–10,86 persen. Namun, Calvin mengingatkan bahwa pola tersebut tidak selalu berulang setiap tahun, seperti pada 2017 ketika Bitcoin justru mengalami koreksi tajam, sehingga strategi dan manajemen risiko tetap menjadi faktor kunci.
“Di tengah fase koreksi global, data historis menunjukkan akhir tahun sering menjadi periode yang dinamis. Momentum musiman seperti Santa Claus rally kerap memunculkan peluang, tetapi tetap harus disikapi dengan disiplin dan manajemen risiko yang baik. Karena itu, kami menyiapkan ekosistem yang makin memudahkan pengguna untuk merespons pergerakan pasar secara cepat dan efisien,” ungkap Calvin.
Koreksi pasar merupakan bagian dari siklus industri kripto yang perlu disikapi secara rasional. Menurutnya, pasar kripto global memang sedang berada dalam fase koreksi yang berdampak pada psikologi investor, termasuk di Indonesia yang cenderung bersikap wait and see menjelang akhir tahun. Namun, minat terhadap aset kripto tetap kuat.
Untuk merespons kondisi tersebut, Tokocrypto mengambil langkah strategis guna mendorong kembali likuiditas dan aktivitas perdagangan kripto di Indonesia dengan menghadirkan kanal deposit baru melalui Bank Central Asia (BCA). Sejalan dengan meningkatnya permintaan pengguna, Tokocrypto juga meluncurkan fitur deposit melalui Virtual Account BCA. Fitur ini memungkinkan proses deposit Rupiah dilakukan secara lebih cepat, mudah, dan tanpa biaya tambahan, sehingga memberikan fleksibilitas lebih bagi pengguna dalam memilih metode transaksi.
Calvin menambahkan, peluncuran deposit BCA merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam meningkatkan kenyamanan akses bagi pengguna. “Peluncuran fitur deposit melalui Virtual Account BCA merupakan jawaban atas permintaan banyak pengguna agar proses top up Rupiah bisa lebih cepat dan praktis tanpa biaya tambahan. Kami percaya kemudahan akses menjadi kunci untuk menjaga likuiditas dan mendorong aktivitas transaksi, terutama di periode akhir tahun ketika volume perdagangan biasanya melambat,” ujarnya,











