Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Wall Street Tertekan Tarif Trump, Pasar Global Terguncang

Donald Trump. (Flickr/Public Domain)
Intinya sih...
  • Wall Street mengalami gejolak signifikan pada perdagangan Senin (3/1) akibat kekhawatiran investor terkait kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
  • Pasar saham AS sempat mengalami penurunan tajam di awal perdagangan, namun berhasil mengurangi kerugian setelah pengumuman pemerintah Meksiko tentang penangguhan sementara tarif AS
  • Ketakutan terbesar adalah kenaikan harga barang konsumen dan dampak negatif bagi ekonomi dunia, meskipun pasar saham AS mulai memangkas kerugiannya setelah beberapa negosiasi dan kesepakatan jeda atas tarif yang diberlakukan oleh AS

Jakarta, FORTUNE -Wall Street mengalami gejolak signifikan pada perdagangan Senin (3/1), seiring meningkatnya kekhawatiran investor terkait kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berpotensi memicu perang dagang besar.

Pasar saham AS sempat mengalami penurunan yang tajam di awal perdagangan, namun kemudian berhasil mengurangi sebagian kerugian setelah adanya pengumuman dari pemerintah Meksiko mengenai penangguhan sementara atas tarif yang dikenakan oleh AS.

Indeks S&P 500 ditutup turun 0,8 persen, meskipun penurunan ini masih lebih ringan dibandingkan dengan penurunan yang tercatat di indeks saham Asia dan Eropa yang lebih parah.

Dow Jones Industrial Average juga mengalami penurunan sebanyak 122 poin atau 0,3 persen, sementara indeks Nasdaq Composite turun 1,2 persen. Meskipun ada pemulihan sebagian pada sore hari, saham-saham AS tetap tertekan, terutama oleh ketakutan akan dampak jangka panjang dari kebijakan tarif tersebut.

Pada awal perdagangan, pasar saham AS berada pada jalur kerugian yang jauh lebih dalam karena kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan AS yang dapat merasakan kerugian akibat tarif tinggi yang diberlakukan terhadap impor dari negara-negara seperti Kanada, Meksiko, dan China. Pada titik tertentu, S&P 500 sempat jatuh hampir 2 persen, sementara Dow Jones sempat merosot lebih dari 665 poin.

Beberapa sektor yang paling terpengaruh oleh pengumuman tarif ini adalah sektor teknologi besar (Big Tech) dan perusahaan-perusahaan yang bergantung pada biaya utang yang lebih rendah. Banyak dari mereka yang merasa tertekan oleh kemungkinan suku bunga yang lebih tinggi, yang bisa terjadi jika kebijakan tarif ini meningkatkan inflasi.
 

Dampak Ancaman Tarif terhadap Stabilitas Ekonomi

Ketakutan terbesar yang melanda Wall Street adalah bahwa tarif yang diberlakukan oleh Trump akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang konsumen, seperti makanan, barang elektronik, dan berbagai produk rumah tangga lainnya.

Kenaikan harga-harga tersebut dapat menambah tekanan inflasi yang sudah ada, yang meskipun sempat melambat setelah mencapai puncaknya pada musim panas lalu, tetap berisiko mengganggu stabilitas ekonomi AS. 

Inflasi yang meningkat bisa memengaruhi keputusan Federal Reserve (The Fed) dalam hal kebijakan moneter, menghambat upaya bank sentral untuk menurunkan suku bunga, yang telah dilakukan sejak September 2024 untuk merangsang perekonomian. Selain itu, tarif tinggi juga bisa mengurangi profitabilitas perusahaan-perusahaan AS, mengingat berkurangnya perdagangan global.

Namun, pasar saham AS mulai memangkas kerugiannya setelah Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengumumkan bahwa Meksiko telah berhasil bernegosiasi dengan Trump untuk menangguhkan penerapan tarif selama sebulan. Pada sore hari, Dow Jones bahkan sempat berbalik arah dan mencatatkan sedikit keuntungan. 

Penurunan yang lebih tajam di pasar saham akhirnya berhasil terhenti berkat pengumuman Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, perihal kesepakatan jeda yang didapatkan Kanada selama 30 hari atas tarif yang dijatuhkan oleh AS.

Para investor di Wall Street, pada umumnya, merasa bahwa pernyataan Trump mengenai tarif selama kampanye presiden adalah bagian dari taktik negosiasi yang lebih besar, dan bukan kebijakan jangka panjang. Namun, adanya perubahan arah kebijakan pada hari Senin tersebut menimbulkan tanda tanya mengenai sejauh mana tarif tersebut akan digunakan sebagai alat negosiasi atau benar-benar diterapkan secara permanen.

Ketika pasar saham dibuka pada pagi hari dengan pandangan bahwa tarif tersebut mungkin sudah dekat, kekhawatiran akan terjadinya perang dagang yang lebih luas dengan dampak negatif bagi ekonomi dunia pun meningkat.

Salah satu ekonom yang diwawancarai, Brian Jacobsen, Kepala Ekonom di Annex Wealth Management, menyatakan bahwa masyarakat di wilayah Midwest AS kemungkinan akan merasakan dampak perang dagang ini lebih cepat dan lebih parah. 

"Tinggal di Midwest, saya mungkin akan merasakan perang dagang paling cepat dan paling parah," ujarnya, dikutip dari AP News pada Selasa (4/1).

Hal ini disebabkan oleh banyaknya minyak mentah yang mengalir melalui perbatasan utara AS yang digunakan untuk memproduksi bensin.

Kenaikan harga minyak mentah turut menggejolak pasar pada hari itu, meskipun harga minyak sempat mengalami fluktuasi yang signifikan. Harga minyak mentah AS per barel sempat naik dari US$72,53 pada hari Jumat (31/1) menjadi hampir US$75 sebelum akhirnya turun kembali ke sekitar US$72. Kondisi pasar yang tidak stabil ini menjadi tantangan bagi perekonomian global dan turut mempengaruhi pasar saham.

Presiden Trump sendiri memperingatkan bahwa warga Amerika mungkin akan merasakan "sedikit penderitaan" akibat tarif tersebut, tetapi ia menekankan bahwa hal ini akan sepadan dengan tujuan utama kebijakan tersebut, yakni untuk "membuat Amerika hebat lagi." Ia juga menambahkan bahwa pajak impor pasti akan terjadi pada Uni Eropa dan mungkin juga dengan Inggris.

Di tengah ketegangan yang meningkat akibat kebijakan tarif ini, beberapa analis di Wall Street masih meragukan berapa lama perang dagang ini akan berlangsung. Mereka mencatat bahwa Trump memberikan perhatian besar terhadap kinerja pasar saham, yang berpotensi memengaruhi keputusan kebijakan ekonomi. Volatilitas pasar yang signifikan dapat mendorong perubahan pendekatan dalam kebijakan ekonomi, terutama jika pasar saham terus merosot.

Sejumlah perusahaan yang sangat terpengaruh oleh kebijakan tarif ini mencatatkan kerugian signifikan. Constellation Brands, yang dikenal menjual bir Modelo dan Corona di AS, turun 3,5 persen. Best Buy, yang menjual barang-barang elektronik, turun 2,4 persen. Begitu juga dengan Brown-Forman, perusahaan di balik produk Jack Daniel's, yang mengalami penurunan saham sebesar 3,3 persen.

Indeks S&P 500 turun 45,96 poin, menjadi 5.994,57, Dow turun 122,75 poin menjadi 44.421,91, dan Nasdaq Composite turun 235,49 poin menjadi 19.391,96. Meskipun saham dan kripto tertekan akibat ketegangan pasar, investor cenderung beralih ke obligasi pemerintah AS yang dianggap sebagai investasi yang lebih aman. Harga obligasi Treasury jangka panjang mengalami kenaikan, yang mendorong penurunan imbal hasil Treasury.

Imbal hasil obligasi Treasury jangka panjang sempat turun menjadi 4,53 persen, lebih rendah dari 4,55 persen pada akhir pekan sebelumnya. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury jangka pendek meningkat karena ekspektasi yang lebih rendah terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed, dengan imbal hasil obligasi dua tahun naik menjadi 4,25 persen.

Kondisi pasar yang tidak pasti ini mempengaruhi perusahaan-perusahaan besar seperti Nvidia, yang mengalami penurunan sebesar 2,8 persen. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan teknologi canggih seperti Nvidia mulai merasakan dampak tekanan dari ketidakpastian global dan peningkatan tarif yang berpotensi memperlambat perdagangan dan investasi.

Selama minggu tersebut, laporan-laporan penting mengenai ekonomi AS dan kinerja perusahaan-perusahaan besar, seperti Alphabet dan Amazon, menjadi fokus utama pasar. Di luar AS, pasar saham internasional juga menunjukkan penurunan signifikan, dengan indeks saham di London, Paris, dan Frankfurt turun lebih dari 1 persen. Di Asia, indeks Kospi Korea Selatan turun 2,5 persen, sementara Nikkei 225 Jepang mengalami penurunan sebesar 2,7 persen.

Dengan adanya ketidakpastian yang terus membayangi pasar global, baik di pasar saham maupun pasar obligasi, tampaknya kebijakan tarif Trump akan terus menjadi perhatian utama pasar dan ekonomi dunia.


 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Harumbi Prastya
Ekarina - Rina
Harumbi Prastya
EditorHarumbi Prastya