Aguan Mau Bangun 750 Rumah dan Renovasi 2.000 Unit Gratis

- Kementerian PKP bekerja sama Yayasan Buddha Tzu Chi dan Aguan siap membangun 750 rumah baru dan merenovasi 2.000 unit secara gratis.
- Rumah yang direnovasi harus dihuni pemiliknya, bukan kosong atau berpotensi sengketa.
- Program ini menyasar kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan, seperti guru, perawat, prajurit TNI dan Polri berpangkat rendah.
Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) menggandeng Yayasan Buddha Tzu Chi demi membangun dan merenovasi ribuan rumah secara cuma-cuma bagi masyarakat yang membutuhkan.
Menteri PKP, Maruarar Sirait, mengatakan 2.000 rumah akan direnovasi dan 750 unit rumah baru akan didirikan melalui skema tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Renovasi ini dibagi rata di empat wilayah: Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah—masing-masing 500 unit. Sementara untuk pembangunan rumah baru, ada 250 unit di Kabupaten Tangerang dan 500 unit di Kalimantan Selatan,” kata Maruarar usai melakukan pertemuan dengan beberapa kepala daerah di Kantor PKP, Wisma Mandiri, Jakarta, Rabu (16/4).
Maruarar menekankan program ini akan menyasar kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan uluran tangan, seperti guru dan perawat, serta prajurit TNI dan Polri dengan pangkat rendah.
“Tolong tepat sasaran. Data sudah kami susun by address dari BPS, jadi tidak boleh ada rumah orang kaya yang malah direnovasi. Itu menyedihkan,” ujarnya.
Terkait pendanaan, Yayasan Buddha Tzu Chi telah mengalokasikan dana sekitar Rp30 juta–50 juta untuk setiap unit rumah yang akan direnovasi. Sementara itu, pembangunan rumah baru diperkirakan memerlukan anggaran Rp100 juta–150 juta per unit, yang dananya akan disalurkan melalui Agung Sedayu Group.
Pelaksanaan proyek ini akan dipercayakan kepada kontraktor yang telah ditunjuk langsung oleh perusahaan tersebut.
Kriteria rumah yang dapat direnovasi
Dalam kesempatan tersebut, bos Agung Sedayu Group, Sugianto "Aguan" Kusuma, menyatakan rumah yang akan dibangun maupun direnovasi harus memenuhi sejumlah kriteria. Salah satunya adalah rumah tersebut harus dihuni oleh pemiliknya sendiri, bukan merupakan rumah kosong atau aset yang berpotensi menimbulkan sengketa di kemudian hari.
“Ini supaya ke depan tidak ada masalah hukum dalam keluarga, dan juga tidak boleh dibangun di jalur hijau. Semua sudah kami siapkan sesuai dengan SOP,” kata Aguan.
Maruarar menyoroti keunikan kolaborasi ini, yang melibatkan pengusaha besar dalam proyek sosial bersama kementerian.
"Saya mau tanya, dari dulu ada enggak pengusaha besar kerja sama dengan kementerian seperti ini? Ini baru sekarang. Kenapa? Karena sekarang ada kepercayaan. CSR itu wajib, tinggal siapa yang dipercaya untuk mengelolanya,” ujarnya.
Aguan menyatakan keterlibatan Yayasan Buddha Tzu Chi dalam membangun rumah bagi masyarakat bukanlah yang pertama kali.
“Sebelumnya kita sudah bangun lebih dari 8.000 rumah. Tidak ada perintah-perintah, kita kerja keras, kerja bersih, dan kerja cerdas,” kata Aguan.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh sejumlah kepala daerah yang wilayahnya menjadi lokasi pelaksanaan proyek, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, dan Bupati Pati Sadewo.
Program pembangunan 3 Juta rumah yang saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah bertujuan memenuhi kebutuhan hunian layak dan terjangkau di seluruh Indonesia. Inisiatif ini sangat mengandalkan sinergi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil melalui berbagai skema, termasuk program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).