Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Menteri ESDM, Arifin Tasrif, bersama Menteri Energi Australia, Chris Bowen. (dok. Kementerian ESDM)

Jakarta, FORTUNE - Pertemuan tingkat menteri bidang transisi energi (ETMM) G20 di Nusa Dua, Bali, hari ini (2/9) gagal menyepakati komunike formal terkait sejumlah isu yang telah dibahas terkait transisi energi. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, tidak tercapainya konsesus yang menghasilkan communique itu disebabkan masih adanya perbedaan pandangan dari sejumlah negara.

"Karena itu, output pertemuan berupa rangkuman pimpinan (chair's summary) yang berisi seluruh pembahasan dan perdebatan selama sesi intervensi dalam pertemuan," ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual.

Pertemuan tingkat menteri G20 untuk transisi energi yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Jumat, dihadiri setidaknya oleh 19 menteri dan wakil menteri dari negara anggota G20, serta enam menteri dan wakil menteri negara nonanggota G20.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh perwakilan dari 11 organisasi internasional, di antaranya Bank Dunia, UNIDO, UN ESCAP, UNDP, OECD, OPEC, IRENA, IEA, SEforAll, ERIA, dan IEF.

Arifin, yang juga bertindak sebagai ketua dalam pertemuan tersebut, menilai meskipun komunike formal gagal tercapai, negara-negara produsen dan konsumen energi utama dunia sama-sama menyoroti pentingnya meningkatkan investasi dan akses terhadap pembiayaan untuk energi bersih.

Tidak hanya terkait pembiayaan, para menteri juga sepakat untuk meningkatkan inovasi di bidang teknologi demi mewujudkan transisi energi yang ramah lingkungan, berkelanjutan, berkeadilan, inklusif, dan terjangkau, khususnya bagi negara-negara berkembang.

Indonesia juga mengajukan inisiatif berupa peta jalan transisi energi (Bali transition roadmap) demi memastikan agenda transisi menuju energi baru dan terbarukan terus berlanjut.

"Peta jalan itu menyediakan kerangka kerja untuk mempercepat transisi energi melalui tiga area kerja prioritas, yaitu mengamankan akses ke sumber energi, meningkatkan teknologi energi pintar dan bersih, dan menambah pembiayaan untuk energi bersih," kata dia.

Bali Compact 

Adapun hal penting yang disepakati dalam pertemuan tersebut adalah usulan Indonesia dalam dokumen "Bali Compact" yang berisi prinsip-prinsip dan strategi jangka pendek untuk transisi menuju energi bersih. Setelahnya proposal tersebut akan diberikan oleh anggota G20 ke pertemuan para pemimpin G20 pada November untuk dibahas lebih lanjut.

Saat membuka pertemuan tersebut, Arifin menjelaskan bahwa Bali Compact atau Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions berisi sejumlah prinsip yang dapat menjadi acuan negara-negara dalam mewujudkan transisi energi dari bahan bakar fosil (brown energy) menuju energi baru dan terbarukan (green energy).

Prinsip-prinsip ini bertujuan memperkuat perencanaan di tingkat nasional beserta implementasinya untuk memperkuat ketahanan energi, dan stabilitas pasar, serta mewujudkan persediaan energi yang lebih resilien dan infrastruktur pendukungnya demi meningkatkan efisiensi, investasi dan pendanaan, juga memperkuat kerja sama di pengembangan teknologi dan inovasi.

Tidak hanya itu, Bali Compact juga memuat pendekatan komprehensif untuk mewujudkan dunia tanpa emisi (zero emission) yang menjadi tujuan bersama negara-negara dunia.

Editorial Team