Jakarta, FORTUNE - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menuduh perusahaan minyak "mencari untung dari perang" dan mengancam bakal segera mengenakan pajak windfall dan memotong insentif. Di hadapan wartawan, Senin (1/11), ia mengkritik perusahaan-perusahaan tersebut karena enggan membantu pemerintah menurunkan harga di pom bensin AS, kendati mereka mendapat laba jumbo di tengah terbatasnya pasokan di tengah Rusia-Ukraina.
Biden mengaku telah meminta Kongres untuk mengenakan pajak tersebut jika perusahaan minyak tak kunjung menginvestasikan keuntungannya untuk menekan biaya energi konsumen AS.
Peringatan itu ia lontarkan hanya beberapa hari sebelum pemilihan paruh waktu 8 November. “Tim saya akan bekerja dengan Kongres untuk melihat opsi-opsi ini yang tersedia bagi kami dan orang lain,” kata Biden seperti dikutip Fortune.com.
“Sudah waktunya bagi perusahaan-perusahaan ini untuk menghentikan pencatutan perang, memenuhi tanggung jawab mereka di negara ini dan memberi istirahat kepada rakyat Amerika dan masih melakukannya dengan sangat baik.”
Salah satu raksasa minyak yang dibidik pemerintah AS adalah ExxonMobil. Pada kuartal ketiga tahun ini, mereka telah membukukan pendapatan US$19,7 miliar.
Ada pula Irving, perusahaan minyak berkantor pusat di Texas, yang hingga saat ini belum berinvestasi dalam peningkatan produksi. Mereka telah mencatat rekor keuntungan tetapi malah menggunakannya untuk melakukan buy-back saham dan membagi dividen jumbo kepada investor.
Perusahaan minyak lain yang jadi sasaran adalah Chevron. Dengan laba US$11,23 miliar pada kuartal ketiga, mereka mencetak rekor keuntungan baru setelah mencapainya pada kuartal kedua.
Selama dua kuartal terakhir, ExxonMobil, Chevron, Shell, BP, ConocoPhillips, dan TotalEnergy tercatat memperoleh laba lebih dari US$100 miliar—lebih dari yang mereka peroleh sepanjang tahun lalu, dan lebih dari dua setengah kali lipat dari yang mereka peroleh di kuartal yang sama tahun 2021.
Menurut Biden, rekor keuntungan tersebut bukan lantaran mereka melakukan sesuatu yang baru atau inovatif. “Keuntungan mereka adalah rejeki nomplok perang, rejeki nomplok untuk konflik brutal yang melanda Ukraina dan melukai puluhan juta orang di seluruh dunia," tuturnya.
Sementara itu, harga tinggi BBM yang tinggi di pom bensin telah memperburuk inflasi AS dan merugikan posisi Biden serta partainya, Demokrat, di antara para pemilih. Untuk membereskan hal itu, mau tak mau kongres harus menyetujui pajak tambahan dalam bentuk apa pun.
Kendati demikian, ini bukan langkah yang mudah sebab m Demokrat memiliki kendali sempit atas DPR dan Senat—bahkan lebih kecil kemungkinannya jika Partai Republik merebut kembali satu atau kedua kamar pada 8 November.