Cina Naikkan Anggaran Pertahanan 7,2 Persen di Tengah Tensi Geopolitik

- Cina naikkan anggaran pertahanan sebesar 7,2 persen untuk membangun angkatan perang lebih besar dan modern.
- Anggaran mencapai sekitar 245 miliar dolar AS, menantang dominasi pertahanan Amerika Serikat di Asia.
Jakarta, FORTUNE - Cina mengumumkan kenaikan anggaran pertahanannya sebesar 7,2 persen pada tahun ini demi melanjutkan ambisinya membangun angkatan perang yang lebih besar dan modern.
Menurut kantor berita Associated Press, langkah tersebut dipandang sebagai upaya memperkuat klaim teritorialnya, serta menantang dominasi pertahanan Amerika Serikat di Asia.
Anggaran yang mencapai sekitar 245 miliar dolar AS ini diumumkan dalam Kongres Rakyat Nasional, pertemuan tahunan parlemen Cina. Pentagon dan sejumlah ahli memperkirakan total belanja pertahanan Tiongkok bisa 40 persen lebih tinggi, mengingat adanya pos-pos yang tersembunyi pada anggaran lain.
Kenaikan kali ini sama dengan persentase tahun lalu, jauh di bawah angka dua digit yang biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yang mencerminkan perlambatan ekonomi secara umum.
Kepemimpinan Cina menetapkan target pertumbuhan sekitar 5 persen untuk tahun ini.
Meskipun demikian, belanja militer Cina tetap yang terbesar kedua setelah Amerika Serikat, dan angkatan lautnya adalah yang terbesar di dunia.
Ketegangan dengan Amerika Serikat, Taiwan, Jepang, dan negara-negara tetangga yang bersengketa di Laut Cina Selatan, dipandang sebagai pendorong pertumbuhan teknologi militer canggih, mulai dari pesawat tempur siluman hingga kapal induk dan senjata nuklir.
Reuters melansir, sejak Xi Jinping menjabat sebagai presiden dan panglima tertinggi lebih dari satu dekade lalu, anggaran pertahanan Cina telah membengkak dari 720 miliar yuan pada 2013 menjadi 1,78 triliun yuan (245,65 miliar dolar AS) tahun ini.
Xi menargetkan modernisasi militer penuh pada 2035, dengan militer yang mengembangkan rudal, kapal, kapal selam, dan teknologi pengawasan baru.
Atase militer regional mengamati dengan cermat anggaran dan laporan tersebut. Beberapa di antaranya mencatat bahwa rujukan kesiapan tempur akan berarti latihan dan pengerahan yang lebih intens di sekitar Taiwan dan di seluruh wilayah yang lebih luas.
Lembaga Studi Strategis Internasional yang berbasis di London mencatat dalam survei pada Februari tentang militer dunia bahwa mengingat kendala perekonomian Cina yang lebih luas, "pihak berwenang menghadapi pertanyaan yang semakin tajam tentang bidang mana yang harus diprioritaskan".