NEWS

Ada Omicron, OPEC Tetap Bakal Naikkan Produksi Minyak

OPEC bahas tambahan produksi 400.000 barel per hari.

Ada Omicron, OPEC Tetap Bakal Naikkan Produksi MinyakShutterstock/Thaiview
by
03 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Organisasi Negara'Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan sekutunya atau dikenal OPEC+ diperkirakan bakal memutuskan peningkatan produksi minyak. Hal ini menunjukkan optimismenya terhadap prospek permintaan global.

"Dampak dari varian Omicron baru diperkirakan ringan dan berumur pendek, karena dunia menjadi lebih siap untuk mengelola COVID-19 dan tantangan terkait. Ini di samping prospek ekonomi yang stabil di negara maju dan berkembang," tulis laporan Komite Teknis Gabungan (JTC) yang dikutip dari Reuters, Senin (3/1).

OPEC pun berencana akan menggelar pertemuan hari ini untuk membahas penunjukan sekretaris jenderal baru untuk menggantikan Mohammed Barkindo dari Nigeria.

Selain akan menentukan sekjen baru, pertemuan aliansi 23 negara yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia juga akan membahas keputusan menaikkan target produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) pada Februari.

Dalam skenario dasar laporan, stok minyak komersial OECD pada 2022 akan tetap di bawah rata-rata 2015-2019 dalam tiga kuartal pertama. Kemudian akan kembali naik di atas rata-rata sebesar 24 juta barel pada kuartal keempat.

Skenario tersebut mengasumsikan 40 juta barel dilepaskan dari cadangan minyak strategis pada paruh pertama tahun ini, dan 13,3 juta barel dikembalikan ke cadangan strategis Amerika Serikat pada kuartal ketiga.

Laporan tersebut mempertahankan perkiraan bahwa pertumbuhan permintaan minyak pada 2021 dan 2022 tidak berubah pada masing-masing 5,7 juta bph, dan 4,2 juta bph.

Bakal menekan harga kontrak minyak mentah

Dengan adanya rencana peningkatan produksi dari negara anggota OPEC+, laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat memperkirakan akan turut menekan harga kontrak minyak mentah berjangka, seperti West Texas Intermediate (WTI), yang akan turun menjadi US$62 pada akhir 2022, dan Brent juga turun menjadi US$66 per barel. 

Hal itu disebabkan adanya ketimpangan antara pasokan dan permintaan minyak mentah yang bakal berkurang pada 2022.

"Kami memperkirakan bahwa peningkatan produksi dari negara-negara OPEC+ dan Amerika Serikat akan menyebabkan persediaan bahan bakar cair global meningkat dan harga minyak mentah jatuh pada 2022," tulis peneliti EIA dalam prospek 2022 yang dikutip dari Fortune.com, Senin (3/1).

Jika harga minyak mentah turun secara signifikan, itu akan secara otomatis akan menurunkan harga bensin di pasaran.  Risiko terbesarnya, OPEC dan sekutunya batal menindaklanjuti rencana 2022 untuk meningkatkan produksi minyak mereka.

Related Topics