NEWS

Mengenal Pom Bensin Vivo yang Jual BBM Lebih Murah dari Pertamina

Vivo bukan baru-baru ini saja disorot karena harga murah.

Mengenal Pom Bensin Vivo yang Jual BBM Lebih Murah dari PertaminaSPBU Vivo. (Doc: Vivo Energy Indonesia)
06 September 2022

Jakarta, FORTUNE - SPBU Vivo ramai jadi sorotan lantarna menjual bahan bakar minyak (BBM) di bawah harga SPBU Pertamina. Ketika kenaikan harga Pertalite menjadi Rp10 ribu per liter diumumkan pemerintah pada Sabtu (4/9) lalu, pom bensin yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya itu pun jadi sarang antrean kendaraan. Di media sosial, harga BBM jenis Revvo yang mereka jual seharga Rp8.900 per liter juga jadi topik yang memanas.

Lantas siapa sebenarnya pemilik SPBU Vivo? Mengapa pula SPBU ini sulit di temukan di luar wilayah Jabodetabek? 

SPBU Vivo merpukan jaringan pom bensin yang berada di bawah bendera PT Vivo Energy Indonesia. Perusahaan ini pertama kali mengoperasikan SPBUnya pada 26 Otkober 2017 lalu, yakni di Jalan Raya Cilangkap, Jakarta Timur. Sebelum menyandang nama Vivo Energy Indonesia, perusahaan ini bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI).

Jenama yang digunakan memang hampir serupa dengan merek ponsel asal China. Namun, secara kepemilikan perusahaan penyalur BBM ini tak ada keterkaitan apa pun dengan negeri Tirai Bambu.

Penelusuran terkait Vivo Energy akan membawa perusahaan ini berafiliasi dengan Vitol Group, raksasa minyak yang berbasis di Swiss.

Dikutip dari laman resminya, Vitol Group awalnya didirikan di Rotterdam pada 1966. Perusahaan ini juga mengembangkan jaringan SPBU di Belanda, Singapura, Inggris, Australia, dan beberapa negara di Afrika.

Vitol Group bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan penyalur BBM terbesar secara global. Pada tahun 2021 lalu, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 279 miliar dollar AS.  Dengan jaringan di lebih dari 40 negara, di tahun 2020, perusahaan multinasional ini memperdagangkan 367 juta ton minyak mentah dan produk turunannya.

Sering jadi sorotan karena jual BBM murah

Meski demikian, bukan baru-baru ini saja Vivo jadi sorotan. Pada 2017, jaringan pom bensin ini sebenarnya mulai beroperasi pada September. Namun, Menteri ESDM saat itu, Ignatius Jonan, menghentikan operasi SPBU-nua karena perusahaan belum menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk memulai operasi. Khususnya, surat penjelasan sebagai distributor sebagaimana dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 16/2011.

Selai itu, merek perusahaan, Vivo, juga belum sejalan dengan nama perusahaan yang awalnya bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI). Jonan akhirnya setuju untuk meresmikan peluncuran pengoperasian SPBU setelah perusahaan memenuhi semua persyaratan.

Hingga saat ini, Vivo menjual bensin dengan research octane number (RON) 89, 90 dan 92. Di awal beoperasi, BBM Vivo dengan RON 89 sempat dijual seharga Rp 6.100 (45 sen AS) per liter, lebih murah dari Premium, bensin bersubsidi dengan RON 88, yang dijual seharga Rp 6.450 per liter.

Murahnya harga bensin tersebut sempat dianggap sebagai pelanggaran terhadap Peraturan BBM Satu Harga. Sampai-sampai, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat itu mengatakan bahwa dalam memberikan penugasan terhadap PT Pertamina, pemerintah telah memperhitungkan kemampuan perusahaan tersebut dan melihat diperlukannya  Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Umum--selain Pertamina--untuk menyediakan jenis BBM tersebut.

"Pemerintah juga telah dan dalam waktu dekat akan memberikan penugasan kepada Badan Usaha lain pemegang Izin Usaha Niaga BBM, termasuk PT Vivo Energy Indonesia, bukan hanya di Jawa tapi juga wilayah NKRI termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar)," tutur Dadan waktu itu.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.