Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Suasana GIIAS 2021/Shutterstock/Bambang Sutiyoso

Jakarta, FORTUNE - Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa menilai insentif pajak untuk otomotif dan properti di tahun ini kurang tepat. Pasalnya, kedua sektor tersebut dinilai sudah mampu tumbuh cukup tinggi.

Menurut Riza, insentif kedua sektor tersebut bisa dialihkan kepada sektor pertanian, terutama di subsektor pangan dan peternakan yang masih melambat pada triwulan IV-2021. "Sektor pangan dan peternakan ini sering terjadi inflasi. Perlu mendapat perhatian khusus," ujarnya dalam konferensi pers, Tanggapan terhadap Kinerja Ekonomi 2021, Selasa (8/2).

Riza melanjutkan sektor lainnya yang perlu mendapatkan insentif adalah industri pengolahan terutama subsektor kimia, farmasi, dan obat tradisional, serta subsektor industri karet, barang dari karet, dan plastik, yang belakangan ini mengalami perlambatan.

Dengan pemberian insentif di sektor pertanian dan industri pengolahan, diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa terdongkrak lebih tinggi pada tahun ini, mengingat kedua sektor tersebut merupakan dua dari lima sektor yang memiliki kontribusi terbesar sebagai pembentuk produk domestik bruto (PDB).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tertinggi pada triwulan IV-2021 yakni dengan porsi 1,01 persen, sehingga menyebabkan perekonomian tumbuh 5,02 persen (year-on-year/yoy).

Kemudian dilanjutkan oleh perdagangan dengan andil 0,71 persen, konstruksi 0,4 persen, informasi dan komunikasi 0,39 persen, dan sektor lainnya 2,51 persen.

Subsektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional pun bisa dijadikan prioritas pemberian insentif, karena dalam menghadapi pandemi investasi di bidang kesehatan sangat diperlukan. "Itu lah mengapa sektor ini perlu didorong," tuturnya.

Insentif dorong penjualan

Editorial Team

Tonton lebih seru di