Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Shutterstock/Mr.Kosal

Jakarta, FORTUNE – Pasokan gula rafinasi tahun depan berisiko terganggu karena pemerintah hingga kini belum juga mengeluarkan persetujuan impor (PI) gula mentah, yang merupakan bahan baku gula rafinasi. Dampak turunannya jelas. Industri makanan dan minuman (mamin), yang mengandalkan gula rafinasi dalam produksinya, terancam mengalami tekanan. 

“Sebagian stok (gula) akan habis Januari (2022).  Kalau terlambat tentu akan mengganggu produksi mamin,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, ketika dihubungi pada Selasa (28/12).

Adhi mengatakan telah mengajukan penambahan kuota impor gula sebanyak 5 persen dari alokasi 2021. Usulan tersebut dikemukakan mengingat industri mamin diramalkan tumbuh 5-7 persen pada 2022.

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan pada 2021, alokasi impor gula mentah 3,78 juta ton, terdiri dari 3,1 juta ton untuk bahan baku gula kristal rafinasi (GKR) dan 680.000 untuk gula kristal putih (GKP).

Menurut Adhi, rekomendasi impor gula mentah sebenarnya telah dirilis oleh Kementerian Perindustrian. Namun, karena sistem penggunaan komoditas berubah, perizinan itu pun sedikit terhambat.

Masih menunggu di Kemendag

Editorial Team

Tonton lebih seru di