Kemenkes Masih Fokus Pengendalian Pandemi, Sebelum Masuk Endemi

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga kini masih memprioritaskan sejumlah langkah pengendalian pandemi Covid-19. Butuh waktu panjang dan pengendalian virus sebelum Indonesia bisa memasuki fase endemi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, untuk memasuki masa endemi, ada beberapa kriteria yang saat ini sedang disusun Kemenkes.
"Termasuk laju penurunan yang tidak lebih dari 1 dalam kurun waktu tertentu, jumlah kasus kematian kurang dari 3 persen, dan tentunya Kabupaten/Kotamadya dan Provinsi berada dalam level 1 PPKM,” kata dia Selasa (1/3).
Siti Nadia menyampaikan bahwa untuk mencapai endemi, dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Semua harus dilakukan secara bertahap, dari masa pandemi, pandemi terkendali, pra endemi, dan akhirnya endemi.
“Ini dilihat dari sisi kesehatan masyarakatnya, surveilans, fasilitas kesehatan, ini yang jadi pertimbangan menyesuaikan dengan kondisi yang ada,” ucapnya.
Upaya mengendalikan endemi
Sebelum bicara mengenai endemi, Nadia mengimbau masyarakat untuk berfokus ke mencapai pengendalian pandemi. “Karena yang terpenting adalah bagaimana laju penularan ditekan terus-menerus dalam kurun waktu tertentu,” ucapnya. “Vaksinasi fungsi utamanya untuk segera memberikan proteksi bukan hanya pada individu, tapi juga pada level komunitas.”
Nadia mengungkapkan bahwa cakupan vaksinasi yang luas dan memiliki tingkat kemanjuran (efikasi) yang tinggi. Itulah sebabnya, vaksin booster terus digencarkan dan perlindungan kepada kelompok-kelompok rentan terus didorong.
“Mencegah seseorang tertular adalah car akita juga untuk mencegah terjadinya mutasi virus,” katanya.
Gelombang ketiga pandemi Covid-19 belum terlewati
Terkait gelombang ketiga pandemi Covid-19, Siti Nadia mengatakan, pemerintah belum pernah menyatakan bahwa hal tersebut sudah terlewati. “Karena kita masih melihat masih fluktuasi kasus terkonfirmasi, tapi dari data yang ada tren penurunan memang terjadi,” katanya.
Menurutnya, kemungkinan peningkatan kasus Omicron tidak seperti yang sudah diprediksi sampai 300.000 kasus per hari.
“Dalam kami melakukan analisa, kami tidak membandingkan per hari. Kami membendingkan itu tren selama satu minggu. Jadi kalau satu minggu itu tren terjadi penurunan, maka itu memang kita katakan turun,” ujar Nadia.