Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Lazada Ungkap Strategi Dongkrak Transaksi di Momentum Ramadan

Acara Bincang Santai Bareng Lazada di Jakarta, Rabu (5/3)/Dok. Fortune IDN/Desy Y.
Acara Bincang Santai Bareng Lazada di Jakarta, Rabu (5/3)/Dok. Fortune IDN/Desy Y.

Jakarta, FORTUNE - Momentum Ramadan menjadi periode penting bagi industri e-commerce, termasuk Lazada, untuk meningkatkan transaksi belanja online. Berdasarkan laporan Sirclo yang dirilis pada 25 Februari 2025, tren konsumsi masyarakat dari masa persiapan Ramadan hingga pasca-Idulfitri mengalami peningkatan signifikan. Selama periode 2022 hingga 2024, transaksi belanja daring meningkat rata-rata 76,5 persen, sementara jumlah konsumen bertambah 23,5 persen. Lima kategori produk dengan penjualan tertinggi di antaranya adalah kebutuhan ibu dan anak, produk kesehatan, kecantikan dan perawatan pribadi, perlengkapan rumah tangga, serta fesyen.

Menyesuaikan dengan pola konsumsi masyarakat, Lazada optimistis terhadap lonjakan transaksi selama Ramadan 2025 meskipun terjadi penurunan daya beli di masyarakat. Head of Operations Lazada Indonesia, Amelia Tediarjo, mengungkapkan bahwa permintaan pada kategori fesyen, kecantikan, perlengkapan rumah, dan kebutuhan sehari-hari diperkirakan akan meningkat.

Lazada juga memahami tantangan kondisi ekonomi yang tengah diliputi ketidakpastian. Meski demikian, platform ini tetap melihat potensi pertumbuhan belanja online di Indonesia. Salah satu strategi juga dengan menggencarkan promo pada Ramadan tahun 2025 ini, yakni "Lazada Ramadan Sale" mulai dari tanggal 25 Februari – 3 April 2025. Promo tersebut mencakup berbagai kebutuhan Ramadan, mulai dari kurma, bahan pokok, minuman isotonik, dan sebagainya.

“Masyarakat sudah semakin terbiasa dengan belanja online. Misalnya, dari yang awalnya belanja pakaian, nantinya akan terbentuk trust dan tertarik dengan produk-produk lainnya,” ujar Amelia pada Rabu (5/3).

Mendorong transaksi logistik

Dalam rangka mendorong transaksi, Lazada mengoptimalkan akses bagi para penjual agar dapat menjangkau konsumen lebih luas. Melalui layanan logistik Lex, para merchant bisa menawarkan produk dengan harga yang kompetitif tanpa terkendala faktor geografis. Selain itu, berbagai program promosi dan kampanye akan semakin digencarkan untuk menarik minat belanja pengguna.

“Pada akhirnya, peningkatan belanja dari para konsumen akan mendorong kenaikan keuntungan bagi para seller di Lazada,” kata Amelia, menambahkan.

Sementara itu, Chief Logistics Officer Lazada Indonesia, Reinaldo Harjanto, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan lebih dari 15.000 kurir Lex untuk mendukung kelancaran pengiriman selama Ramadan 2025. Dengan memanfaatkan teknologi digital, Lazada mampu merencanakan distribusi paket secara sistematis, mencakup jumlah pesanan, estimasi waktu pengiriman, serta kesiapan armada dan tenaga kurir.

“Kami juga perlu melakukan penyesuaian sumber daya manusia dalam kegiatan pengiriman paket, karena sebagian kurir kami menunaikan ibadah puasa,” ujar Reinaldo.

Dia menambahkan, terkait musibah banjir yang terjadi akhir-akhir ini Lazada sudah menyiapkan mitigasi. "Untuk pengiriman-pengiriman kami di area Bekasi Memang sedikit terlambat, tetapi konsumen sudah diinformasikan potensi keterlambatannya berapa lama. Fasilitas warehouse yang terdampak akan dibantu diungsikan dan operasional dipindahkan ke lokasi lain."

Momentum belanja

Di sisi lain, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai bahwa Ramadan dan Lebaran menjadi momentum strategis bagi e-commerce dalam menggenjot volume transaksi. Konsumen cenderung lebih aktif berbelanja, terutama untuk keperluan makanan dan pakaian.

Selain itu, momen pertengahan Ramadan yang bertepatan dengan pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) turut mendorong daya beli masyarakat. “Adanya tambahan pendapatan ini akan mendorong masyarakat untuk berbelanja lebih banyak, sehingga harusnya bisa dimanfaatkan oleh platform e-commerce,” ujarnya, Rabu (5/3).

Lebih lanjut, Huda menambahkan bahwa isu daya beli tidak akan menjadi hambatan utama, sebab konsumen cenderung mencari produk dengan harga yang lebih terjangkau. Mereka akan membandingkan harga di berbagai merchant sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli. “Keterbukaan informasi mengenai harga barang menjadi pemicu masyarakat menjadi lebih pemilih dalam hal membeli barang,” ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us