Malaysia Dapat Nol Persen dari AS, Indonesia Bakal Minta yang Serupa

- Indonesia akan memulai kembali perundingan tarif dagang dengan AS November mendatang setelah pertemuan APEC di Korea Selatan.
- Indonesia berharap dapat beroleh keuntungan dagang yang sama dengan Malaysia.
- Komoditas ekspor andalan Indonesia seperti kelapa sawit, kakao, dan karet menjadi fokus negosiasi demi mendapatkan tarif nol persen.
Jakarta, FORTUNE – Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan langkah diplomasi dagang lanjutan dengan Amerika Serikat (AS).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan Indonesia akan memulai kembali perundingan tarif perdagangan dengan Washington pada November mendatang, setelah pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Korea Selatan.
“Kita akan memulai negosiasi kembali,” kata Airlangga usai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, yang disiarkan secara virtual, Rabu (29/10).
Airlangga mengatakan sejumlah negara di kawasan seperti Malaysia, Kamboja, Korea Selatan, dan Jepang telah lebih dulu menyelesaikan perundingan dagang dengan AS.
Malaysia bahkan berhasil mendapatkan tarif nol persen demi beberapa produk unggulannya.
“Untuk Indonesia, kita juga sedang menyelesaikan legal drafting-nya,” ujarnya.
Menurut Airlangga, produk-produk ekspor andalan Indonesia seperti kelapa sawit, kakao, dan karet menjadi fokus dalam negosiasi.
Komoditas tersebut termasuk dalam kategori produk yang tidak bisa diproduksi oleh AS, sehingga berpotensi besar mendapatkan tarif nol persen.
“Kita sudah bicarakan untuk produk-produk yang Amerika tidak bisa produksi. Itu seluruhnya diberikan nol. Kita juga minta untuk komoditas tertentu yang menjadi bagian dari rantai pasok industri medis,” ujarnya.
Dengan langkah ini, Indonesia berharap bisa mendapatkan keuntungan dagang yang sama. Jika perundingan berjalan mulus, Indonesia berpotensi memperkuat ekspor komoditas strategisnya ke AS sekaligus meningkatkan posisi dalam rantai pasok global.
Langkah ini muncul setelah AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump memberikan tarif nol persen kepada Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Vietnam dalam pertemuan ASEAN di Kuala Lumpur, Minggu (26/10).
Kesepakatan tersebut mencakup sejumlah produk utama, seperti minyak sawit, produk karet, kakao, komponen dan suku cadang pesawat terbang, serta farmasi.
Kebijakan baru itu sekaligus mencabut tarif balasan sebesar 19 persen yang sebelumnya diberlakukan terhadap ketiga negara Asia Tenggara tersebut. Namun, Malaysia dan negara lain tetap harus melakukan beberapa konsesi sebagai bagian dari kesepakatan.
Kesepakatan Indonesia-AS terakhir, yang dicapai pada Juli 2025, adalah kesepakatan dagang besar yang mencakup penghapusan sebagian besar tarif impor Indonesia untuk produk AS dan penetapan tarif 19 persen untuk produk Indonesia yang masuk ke AS. Kesepakatan ini juga mencakup komitmen terkait perdagangan digital, akses penuh bagi produk pertanian dan peternakan AS, serta isu-isu seperti hak tenaga kerja, lingkungan, dan kelebihan kapasitas baja.

















