Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penjualan Mobil China Melambat pada Juli 2025, Ada Dua Penyebab

ilustrasi. pabrik BYD di subang(instagram.com/byd_indonesia)
ilustrasi. pabrik BYD di subang(instagram.com/byd_indonesia)
Intinya sih...
  • Penjualan naik 6,9 persen dari tahun lalu, tetapi jauh lebih rendah dari pertumbuhan 18,6 persen pada Juni.
  • Penjualan ritel bulanan turun 12 persen, sementara segmen kendaraan energi baru tumbuh 12 persen secara tahunan.
  • Kebijakan pengetatan perang harga oleh pemerintah membuat penjualan mobil melambat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Pertumbuhan penjualan mobil di Cina kembali kehilangan momentum pada Juli 2025, dipicu oleh melemahnya permintaan kendaraan hibrida serta meredanya perang harga agresif setelah intervensi pemerintah di pasar otomotif terbesar dunia tersebut.

Menurut laporan Reuters, Jumat (8/8), data Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) menunjukkan penjualan mobil mencapai 1,85 juta unit pada Juli, hanya naik 6,9 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Angka ini melambat signifikan dari pertumbuhan tahunan 18,6 persen yang tercatat pada Juni. Secara bulanan, penjualan ritel bahkan turun 12 persen menjadi 1,8 juta unit, mencerminkan musim panas yang cenderung lebih sepi.

Perlambatan paling terasa di segmen kendaraan energi baru (NEV)—yang mencakup mobil listrik murni (EV) dan plug-in hybrid—yang hanya tumbuh 12 persen secara tahunan pada Juli. Angka ini turun tajam dari pertumbuhan 29,7 persen pada bulan sebelumnya.

Permintaan terhadap kendaraan hibrida secara khusus menunjukkan tren penurunan. CPCA mencatat penjualan gabungan plug-in hybrid dan hibrida jarak jauh turun 3,6 persen dibandingkan dengan Juli 2024. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan teknologi baterai dan infrastruktur pengisian daya yang membuat konsumen lebih percaya diri beralih ke mobil listrik murni.

Kondisi ini menguntungkan produsen yang fokus pada EV murni seperti Leapmotor, Xiaomi, dan Xpeng, yang mencatatkan rekor penjualan pada Juli. Sebaliknya, produsen yang selama ini bergantung pada hibrida, seperti BYD dan Li Auto, justru menghadapi tekanan berat.

BYD, pesaing utama Tesla di Cina, mencatatkan penurunan penjualan domestik selama tiga bulan berturut-turut. Pada Juli, penjualannya anjlok 12 persen secara tahunan, sementara pangsa pasarnya pada segmen NEV menyusut menjadi 27,8 persen dari 35,4 persen tahun lalu. Produksi BYD juga melemah untuk pertama kalinya dalam 17 bulan.

Tekanan lebih besar dihadapi Li Auto, pelopor hibrida jarak jauh, yang penjualannya anjlok 40 persen pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya. Kini, perusahaan berusaha mengalihkan fokus ke SUV listrik murni dengan spesifikasi premium dan harga kompetitif.

Perlambatan pasar ini juga dipengaruhi oleh langkah pemerintah. Menurut laporan Bloomberg, Jumat (8/8), Beijing dalam beberapa bulan terakhir berupaya mengendalikan perang harga yang dinilai merusak industri. Pada Juni, pejabat memanggil petinggi produsen besar, termasuk BYD, dan meminta mereka menghentikan praktik diskon tidak wajar.

Langkah tersebut mulai menunjukkan hasil pada Juli, saat hanya 17 model mobil yang mengalami penurunan harga, turun drastis dari 23 model pada periode yang sama tahun lalu. Meski berhasil menekan praktik banting harga, kebijakan ini turut berkontribusi pada melambatnya penjualan.

Di tengah pelemahan pasar domestik, ekspor menjadi titik terang. CPCA melaporkan pengiriman mobil ke luar negeri naik 25 persen pada Juli, meningkat dari 23,8 persen pada Juni. Lonjakan ini membantu beberapa produsen mempertahankan volume produksi.

Ke depan, industri otomotif Cina tetap menghadapi tantangan besar, mulai dari kelebihan kapasitas produksi, percepatan transisi ke mobil listrik murni, hingga risiko hambatan perdagangan di pasar ekspor.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us