Jakarta, FORTUNE - PT PLN (Persero) tengah merancang Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) baru yang menekankan pada pengembangan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Dalam RUPTL baru tersebut, PLN merencanakan 75 persen dari kapasitas listrik yang dihasilkan perusahaan akan berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan 25 persen sisanya dari gas mulai tahun ini hingga 2040.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan komitmen PLN untuk mendukung transisi energi menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
"Tentu saja ini tidak mudah karena kita juga harus membangun transmisi dengan cara yang sangat panjang," kata Darmawan kepada Fortune Indonesia di kantor pusat PLN, Jakarta, Senin (26/8).
RUPTL tersebut juga akan menyertakan pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan energi baru terbarukan lainnya.
PLN juga akan mengintegrasikan teknologi canggih seperti smart grid untuk menangani variabel sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari, yang dapat berubah-ubah bergantung pada cuaca dan iklim. Langkah ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang PLN untuk mencapai target net zero emission pada 2060.
Menurut Darmawan, jika PLN tidak melakukan perubahan, emisi gas rumah kaca dari sektor kelistrikan bisa mencapai 1 miliar ton pada 2030. Namun, dengan komitmen terhadap energi bersih, PLN optimistis bisa mencapai target emisi nol bersih.
Perubahan paradigma ini, kata Darmawan, telah dimulai sejak empat tahun lalu ketika PLN mulai menghapus sekitar 13 gigawatt pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara dari perencanaan perusahaan.
"Inovasi ini menggeser cara kita berpikir dalam merancang ekspansi sistem kelistrikan," ujarnya.
PLN saat ini tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi, tetapi juga pada penyediaan energi murah dan bersih untuk masyarakat.