Jakarta, FORTUNE – Lembaga kajian energi global asal Eropa, EMBER, menilai transisi energi bersih di Indonesia berpotensi diterapkan seiring sumber energi yang melimpah. Namun, pengoperasian sistem ketenagalistrikan di bawah PT PLN justru menghambat Indonesia beradaptasi dengan penetrasi tinggi energi terbarukan, khususnya tenaga surya dan bayu.
Analis Listrik Asia dari EMBER, Achmed Shahram Edianto, mengatakan dalam kasus di Indonesia, penerapan dekarbonisasi ketenagalistrikan sangat bergantung pada ambisi politik. Keberhasilan sektor lain untuk mencapai NZE (Net Zero Emission) pada 2050 pun dinilai bergantung pada keberhasilan sektor ketenagalistrikan mencapai dekarbonisasi pada 2040.
“Indonesia mampu mewujudkan dekarbonisasi pada 2040 dan menyediakan pasokan energi berkelanjutan, terjangkau, dan tetap menjamin ketahanan energi nasional. Untuk mencapai hal ini, diperlukan integrasi antara visi pemerintah, komitmen politik, dan strategi implementasinya,” ujar Achmed dalam keterangan pers yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (20/9).
Potensi teknis yang dimiliki tenaga surya dan bayu di Indonesia cukup besar, masing-masing sekitar 1.462 GW dan 500 GW.