Para penulis mengatakan pola yang mereka temukan di Afrika dan Asia Selatan, sangat membatasi kemampuan kaum miskin perkotaan untuk menyadari keuntungan ekonomi yang terkait dengan urbanisasi.
Para peneliti mengatakan, dibutuhkan investasi yang cukup, intervensi kemanusiaan, dan dukungan pemerintah untuk mengatasi dampak negatif tersebut.
Di Amerika Serikat, sekitar empat puluh kota besar mengalami peningkatan paparan panas, terutama di negara bagian Pantai Teluk Texas, Louisiana, Mississippi, Alabama, dan Florida. Studi ini dilakukan oleh para peneliti di New York's Columbia, University of Minnesota Twin Cities, University of Arizona di Tucson dan University of California, Santa Barbara.
Sebuah laporan tahun 2020 oleh konsultan energi terkemuka, Wood Mackenzie, pada Rabu (23/9) menyebutkan, saat ini dunia akan mengalami kenaikan suhu 2,8 hingga 3 derajat Celcius dalam suhu rata-rata global. Angka itu di atas batas suhu pemanasan global yang disepakati secara internasional, yakni di bawah 2 derajat Celcius.
Dunia harus menggabungkan paket pemulihan dari dampak Covid-19 dengan investasi besar-besaran dalam energi terbarukan dan infrastruktur rendah karbon. Jika tidak, dunia akan gagal memenuhi target batas pemanasan global.
"Hampir US$ 20 triliun atau 25 persen dari PDB global, dialokasikan untuk pengeluaran selama 12-18 bulan ke depan untuk pemberian vaksin virus corona, mengatasi masalah pengangguran, membangun kembali sistem kesehatan masyarakat dan memulihkan ekonomi," kata Prakash Sharma, kepala pasar dan transisi untuk kawasan Asia Pasifik di Wood Mackenzie.
Angka investasi ini hanya memiliki proporsi kecil yang dialokasikan untuk janji target Perjanjian Paris—untuk penanganan perubahan iklim. Beberapa wilayah, seperti Uni Eropa, telah menggandakan target penghijauan, tetapi target itu saat ini sedang tidak tentu sama sekali di AS dan China.
Salah satu kendala adalah bahwa lebih dari setengah energi dan kapasitas industri yang ada di dunia baik listrik, semen, kilang, bahan kimia, dan kendaraan masih baru. Infrastruktur itu memiliki umur beberapa dekade lagi untuk beroperasi.
Selain itu, dibutuhkan dana lebih dari US$ 1 triliun setahun untuk membangun kapasitas pasokan energi baru, kata laporan Wood Mackenzie itu.