Sampah Jadi Tantangan, Beiersdorf Gandeng Rekosistem Kumpulkan Kemasan

- Pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar di Indonesia, dengan hanya 64,3% dari 31,9 juta ton sampah berhasil dikelola.
- Beiersdorf bekerja sama dengan Rekosistem mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan bekas pakai sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan perusahaan.
Jakarta, FORTUNE - Pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Berdasarkan data Sistem Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), hingga 24 Juli 2024 timbunan sampah nasional dari 290 kabupaten/kota telah mencapai 31,9 juta ton.
Dari jumlah tersebut, hanya 64,3 persen atau sekitar 20,5 juta ton yang berhasil dikelola, sementara 35,7 persen atau sekitar 11,4 juta ton masih belum tertangani dengan optimal.
Salah satu penyumbang utama sampah yang sulit terurai adalah kemasan bekas pakai. Menyadari urgensi permasalahan ini, Beiersdorf, pemilik brand NIVEA dan Hansaplast, menggandeng Rekosistem untuk mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan bekas. Langkah ini diambil sebagai bagian dari inisiatif "Peduli Diri, Peduli Lingkungan bersama Beiersdorf."
Presiden Direktur Beiersdorf Indonesia, Mohamed Mehdi Ben Messaoud, mengatakan inisiatif ini bertujuan menghadirkan solusi yang lebih mudah diakses bagi masyarakat dalam mengelola sampah kemasan.
"Waste stations (Rekosistem) ada di beberapa lokasi strategis dan aplikasi mobile yang mempermudah konsumen untuk mendaur ulang," kata dia dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (26/2).
Lebih lanjut, Mehdi mengatakan kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan Beiersdorf. Sejalan dengan target perusahaan, Beiersdorf telah menjalankan beberapa program ramah lingkungan, seperti penggunaan tutup deodoran berbahan daur ulang, pengurangan limbah dan CO2 di pabrik mereka, serta pemanfaatan energi terbarukan untuk suplai listrik.
Selain itu, Beiersdorf turut mengurangi emisi CO2 dalam proses pengiriman barang dengan menggunakan transportasi kereta api.
Rekosistem bantu memilah dan mengumpulkan
Senior Vice President, Business Growth & Partnerships Rekosistem, Angga Adhitya Fritz Aradhana, mengatakan kerja sama ini menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan skema "Pilah - Kemas - Setor" di sekitar 40 stasiun setor sampah daur ulang (waste station) milik Rekosistem.
"Kami menyediakan sistem yang memudahkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses daur ulang limbah kemasan produk pascakonsumsi," kata Angga.
Dengan kolaborasi ini, lebih banyak masyarakat diharapkan menyadari pentingnya pengelolaan sampah dan ikut serta menciptakan lingkungan lebih bersih dan berkelanjutan.