Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tantangan & Peluang Ekspor Kakao Olahan Saat Harga Melambung

Ilustrasi biji Kakao.
Ilustrasi biji Kakao. (Pixabay/allybally4b)
Intinya sih...
  • Harga kakao naik drastis dari US$3.702 per ton pada April 2023 menjadi US$8.400 per ton saat ini, memengaruhi volume pengolahan biji kakao secara global.
  • Penurunan signifikan dalam volume pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi tercatat oleh asosiasi kakao regional, seperti ECA dan CAA.
  • Pemerintah Indonesia mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin), termasuk sektor pengolahan cokelat, dengan tren ekspor produk mamin Indonesia menunjukkan kinerja yang positif.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Industri pengolahan cokelat menghadapi sejumlah tantangan bessar seiring lonjakan harga bahan baku serta penurunan produksi global. Di sisi lain, industri ini masih memiliki potensi untuk berkembang apabila mendapatkan dukungan tepat.

Berdasarkan data dari Trading Economics, harga kakao saat ini diperdagangkan di kisaran US$8.400 per ton. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan April 2023 yang masih berada di sekitar US$3.702 per ton. Kenaikan harga tersebut diperkirakan akan memengaruhi volume pengolahan biji kakao secara global.

Para pelaku industri bahkan memprediksi bahwa hasil giling kakao pada kuartal I akan mengalami penurunan sekitar 5-7 persen.

Kondisi ini tentu memberikan tekanan pada industri cokelat. Melemahnya permintaan akan berdampak langsung terhadap volume produksi.

Dikutip dari Harian Kompas, Asosiasi Kakao regional mencatat penurunan signifikan dalam volume grinding atau pengolahan biji kakao menjadi produk setengah jadi seperti cocoa liquor dan cocoa butter. Asosiasi Kakao Eropa (ECA) melaporkan penurunan 5,4 persen menjadi 331.853 ton, sementara Asosiasi Kakao Asia (CAA) melaporkan penurunan sebesar 0,52 persen menjadi 210.111 ton pada triwulan IV-2024.

Di tengah penurunan global ini, Indonesia sebagai salah satu eksportir produk olahan cokelat sebenarnya memiliki peluang untuk mengisi celah pasar. Namun, tantangannya adalah industri pengolahan cokelat dalam negeri masih sangat bergantung pada bahan baku impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor komoditas Kakao dan Olahannya (HS 18) melonjak tajam sebesar 315,8 persen secara tahunan pada Januari 2025, menjadi US$140 juta.

Peluang Ekspor Kakao Olahan

Meski dihadapkan pada tantangan tersebut, pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin), termasuk sektor pengolahan cokelat. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, Fajarini Puntodewi, menyampaikan bahwa sektor mamin merupakan tulang punggung industri nasional yang juga berperan besar dalam menopang kinerja ekspor selama lima tahun terakhir (2020–2024). Oleh karena itu, penguatan promosi produk mamin Indonesia terus didorong melalui kolaborasi lintas sektor.

"Tren ekspor produk mamin Indonesia menunjukkan kinerja yang positif dengan pertumbuhan 10,55 persen yoy pada 2024. Kemendag RI mendorong upaya promosi yang konsisten dan keberlanjutan melalui penguatan kerja sama dengan perbankan, badan-badan usaha milik negara, dan sektor lainnya secara sinergis,” kata Puntodewi, dikutip dari siaran pers, Selasa (15/4).

Kemendag berkomitmen menyediakan akses lebih luas bagi pelaku ekspor, terutama UMKM, agar bisa mempromosikan produk mereka ke pasar global. Melalui kolaborasi yang solid dengan seluruh pemangku kepentingan, diharapkan akan tercipta lebih banyak UMKM yang mampu bersaing secara global di pasar ekspor, salah satunya Singapura.

Pada Januari 2025, total perdagangan Indonesia dengan Singapura tercatat sebesar US$2,27 miliar. Untuk perdagangan nonmigas, ekspor Indonesia ke Singapura mencapai US$583 juta, sementara impor dari Singapura sebesar US$549,20 juta. Secara keseluruhan, total perdagangan antara kedua negara selama periode 2020–2024 tumbuh dengan tren positif sebesar 9,42 persen, dengan total perdagangan pada 2024 mencapai US$33,72 miliar.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us