Jakarta, FORTUNE – PT Bukalapak.com Tbk menyampaikan kepercayaannya akan kinerja bisnis yang takkan terdampak oleh kemelut kebijakan penyesuaian suku bunga dan tren inflasi tinggi. Direktur Bukalapak, Teddy Oetomo, mengatakan kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tentu merupakan di luar kendali perusahaan.
Namun demikian, Bukalapak diklaim memiliki posisi yang berbeda ketimbang perusahaan teknologi di tingkat dunia maupun wilayah ini. Sebab, perseroan memiliki kas yang cukup besar. Dia justru mengatakan penyesuaian suku bunga akan menjadi peningkatan terhadap interest income perusahaan.
“Dapat dilihat EBITDA perusahaan yang disesuaikan berada di posisi minus Rp372 miliar, namun cash burn adalah di sekitar Rp200 miliar. Artinya terdapat impact atau support dari pendapatan income di atas Rp100 miliar di mana kenaikan bunga akan berimbas atau berdampak kepada peningkatan dari interest income perseroan,” kata Teddy dalam Public Expose Tahunan secara daring, Kamis (29/6).
Sebagai konteks, iklim bisnis perusahaan teknologi memang sangat bergantung terhadap kebijakan suku bunga acuan. Dikutip dari Fortune.com, Sabtu (4/6) kebijakan moneter the Fed yang longgar telah mendorong pertumbuhan banyak perusahaan di Amerika Serikat, lebih-lebih sektor teknologi.
Namun, The Fed, Kamis (16/6) resmi menaikkan tingkat suku bunga acuan mencapai 75 basis poin. Dengan begitu, tingkat suku bunga acuan jangka pendek kini mencapai 1,5 persen sampai 1,75 persen. Keputusan The Fed ini demi meredam gejolak inflasi AS yang bulan lalu mencapai 8,6 persen.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, sempat mengatakan siklus bisnis perusahaan teknologi baik di global, regional, maupun Indonesia kurang menguntungkan. Penyebabnya: kebijakan suku bunga The Fed yang bahkan diperkirakan akan dikatrol hingga mencapai 3,5 persen.
“Investor saat ini sudah melihat fundamental perusahaan sektor teknologi yang solid. Saat ini investor pasar modal mencari emiten yang memiliki fundamental kuat dan memiliki bisnis yang terbuka lebar,” kata David, seperti dikutip dari Antara, Kamis (26/5).
Laporan keuangan Bukalapak menunjukkan kas perseroan kuartal pertama 2022 mencapai Rp19,97 triliun. Padahal, periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) hanya Rp1,69 triliun. “Ke depannya, perihal investasi secara umum, kas perusahaan yang kami sadari cukup besar harus dipergunakan secara efisien dan bijak sehingga dapat terus menunjang kebutuhan bisnis utama kami dan membawa ebitda yang disesuaikan ke arah yang positif,” ujar Teddy.