Netflix Caplok Warner Bros Rp1.200 T, Guncang Peta Industri Hiburan

Jakarta, FORTUNE - Platform streaming Netflix resmi mengumumkan bahwa mereka akan mengambil alih perusahaan hiburan besar Warner Bros Discovery (WBD). Nilai transaksi tersebut mencapai sekitar US$72 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun dalam bentuk kombinasi tunai dan saham. Aksi korporasi ini menjadi salah satu transaksi terbesar di sektor hiburan, hanya berada di bawah akuisisi Twenty First Century Fox oleh Disney pada 2017 senilai US$84,8 miliar atau sekitar Rp1.415 triliun.
Kesepakatan ini memberi Netflix akses penuh ke seluruh layanan WBD, termasuk HBO dan HBO Max yang sebelumnya menjadi rivalnya. Selain itu, membuka jalan bagi Netflix untuk menguasai katalog waralaba ikonik milik WBD, seperti DC Universe, Harry Potter, Game of Thrones, Friends, The Sopranos, dan deretan judul besar lain.
“Misi kami adalah untuk menghibur orang-orang di seluruh dunia. Dengan gabungan konten WBD dan Netflix, kami akan bisa memberikan lebih banyak konten hiburan lagi dengan lebih baik dan ke lebih banyak pengguna,” kata Co-CEO Netflix, Ted Sarandos, dalam keterangan resmi.
“Bersama Netflix, kami akan membuat semua orang di dunia dan generasi di masa depan untuk dapat menikmati banyak konten dan cerita di mana pun mereka berada,” ujar President & CEO Warner Bros Discovery, David Zaslav.
Sebagai bagian dari transaksi, para pemegang saham WBD nantinya akan menerima US$23,25 dalam bentuk tunai serta US$4,50 dalam bentuk saham Netflix melalui skema collar. Nilai saham tersebut nantinya akan disesuaikan berdasarkan harga rata-rata saham Netflix selama 15 hari menjelang penutupan transaksi, di rentang US$97,91–119,67. Proses akuisisi ini ditargetkan selesai dalam 12–18 bulan ke depan, dengan catatan masih memerlukan persetujuan regulator.
Selain itu, penyelesaian akuisisi juga menunggu rampungnya pemisahan divisi Global Networks milik WBD menjadi perusahaan baru bernama Discovery Global, yang diproyeksikan selesai pada kuartal III 2026. Netflix berhasil memenangkan persaingan setelah Paramount dan Comcast dilaporkan turut mengajukan penawaran untuk mengakuisisi WBD.
Potensi risiko monopoli
Akuisisi raksasa ini dinilai sebagai salah satu langkah ekspansi paling agresif Netflix. Namun, prosesnya diperkirakan tidak akan berjalan mulus. Menurut The New York Times, motivasi Netflix mengejar WBD berkaitan dengan besarnya pasar konsumsi konten dibandingkan industri penyiaran tradisional.
Di sisi lain, upaya ini kemungkinan akan menghadapi pemeriksaan ketat otoritas persaingan usaha di AS maupun Eropa terkait potensi monopoli. Eks CEO WarnerMedia, Jason Kilar, memperingatkan bahwa kesepakatan ini bisa mempersempit kompetisi di sektor streaming dan produksi studio.
“Ini merupakan langkah bisnis paling cepat untuk mengurangi kompetisi di Hollywood,” ujar Jason mengutip Reuters.
Senada, President & CEO Cinema United, Michael O’Leary, menilai akuisisi tersebut akan membawa dampak negatif bagi ribuan bioskop di seluruh dunia. “Kami tetap mendukung perubahan industri dan akan tetap memberi konsumen hiburan di bioskop lokal. Namun, model bisnis Netflix sendiri tidak seperti ini, dan regulator harus paham atas hal tersebut,” ujarnya kepada Variety.
Kekhawatiran ini muncul karena Netflix selama ini lebih menekankan rilis streaming dibandingkan penayangan layar lebar. Sebaliknya, Warner Bros Discovery selama ini dikenal konsisten merilis film mereka di bioskop. Muncul pertanyaan apakah strategi itu akan berubah setelah berada di bawah Netflix?
Sarandos menegaskan bahwa Netflix tidak berencana menghentikan rilis bioskop untuk film-film Warner Bros Discovery. Ia hanya menyoroti lamanya periode eksklusivitas tayang di bioskop yang menurutnya “kurang ramah” bagi konsumen.
“Kami tidak ‘benci’ bioskop. Kekhawatiran saya lebih ke eksklusivitas film yang saat ini saya rasa terlalu lama dan kurang ‘ramah’ terhadap konsumen,” katanya, menegaskan.
Ke depan, film-film dari Warner Bros Discovery tetap akan mengikuti pola rilis bioskop, sementara film produksi Netflix akan hadir terbatas di layar lebar sebelum tersedia di platform streaming.
Sarandos menambahkan bahwa pola distribusi kemungkinan akan berubah mengikuti kebiasaan menonton yang terus berevolusi, termasuk potensi percepatan jadwal rilis ke streaming. Ia juga memastikan bahwa Netflix akan mempertahankan struktur operasional Warner Bros, termasuk unit produksi film layar lebar, demi menjaga keberlanjutan studio legendaris yang berdiri sejak 1923 itu.


















