Sony Akan PHK 900 Karyawan PlayStation

Jakarta, FORTUNE - Sony Interactive Entertainment berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 900 karyawannya untuk menghadapi tekanan industri gim yang terus berlanjut.
Perusahaan produsen PlayStation tersebut juga berencana menutup sepenuhnya London Studio yang mereka operasikan sebagai bagian dari efisiensi perusahaan.
Perusahaan tersebut juga berencana untuk memberhentikan pekerja di studio-studio Insomniac, Naughty Dog, dan Guerrilla, yang bertanggung jawab atas waralaba paling sukses PlayStation baru-baru ini—seperti Spider-Man, The Last of Us, dan Horizon.
“Setelah pertimbangan yang cermat dan banyak diskusi kepemimpinan selama beberapa bulan, menjadi jelas bahwa perubahan perlu dilakukan untuk terus mengembangkan bisnis dan mengembangkan perusahaan,” tulis Jim Ryan, presiden dan CEO Sony Interactive Entertainment, dalam sebuah email kepada staf, seperti dikutip Fortune.com.
“Kami harus mundur, melihat bisnis kami secara holistik, dan melangkah maju fokus pada keberlanjutan jangka panjang perusahaan... Tujuannya adalah untuk menyederhanakan sumber daya kami untuk memastikan kesuksesan dan kemampuan kami untuk memberikan pengalaman yang diharapkan oleh para gamer dan kreator dari kami... Ini akan menyakitkan,” katanya.
Ryan akan meninggalkan jabatannya pada Maret mendatang. Langkah tersebut telah dia umumkan menyusul rencana perusahaan memecat 900 pekerja atau sekitar 8 persen dari total karyawan perusahaan tersebut.
Rencana PHK datang dua minggu setelah Sony menurunkan proyeksi penjualan untuk PlayStation 5 untuk 2024. Perusahaan memproyeksikan penjualan bisa mencapai 21 juta unit—atau lebih rendah 16 persen dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 25 juta.
Berdasarkan catatan Sony, penjualan PS5 lebih lemah dari yang diharapkan meski mereka telah menggelontorkan potongan harga musiman dan promosi. Selain itu, Sony tidak berharap untuk merilis judul first-party utama apa pun sebelum Maret 2025.
PS VR2, upaya kedua perusahaan dalam pasar realitas virtual (setelah produk pertama yang sukses), juga tidak berhasil menarik konsumen dan jauh kalah terjual dibandingkan dengan headset Quest milik Meta selama periode liburan.
Sementara, penutupan London Studio, yang telah menjadi pusat pengembangan VR, penutupannya menandakan mundurnya Sony dari upaya menjadi pemain besar dalam pasar tersebut.