BNI Dorong UMKM Naik Kelas, Lahirkan Pahlawan Ekonomi dari Ngawi

- BNI memperingati Hari Pahlawan dengan komitmen pemberdayaan UMKM di seluruh Indonesia.
- Program BNI Berbagi di Ngawi telah membantu lebih dari 380 pelaku UMKM.
- Awicho, UMKM asal Ngawi, berhasil naik kelas dan mempekerjakan lima karyawan tetap berkat dukungan BNI.
Jakarta, FORTUNE - Dalam semangat memperingati Hari Pahlawan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menegaskan komitmennya untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan melalui pemberdayaan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia.
Bagi BNI, para pelaku UMKM adalah pahlawan ekonomi modern yang berjuang membangun kemandirian dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Melalui program BNI Berbagi di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, BNI telah membantu pengembangan lebih dari 380 pelaku UMKM. Program ini menjadi wadah pembinaan, pendampingan, dan fasilitasi akses pasar agar pelaku usaha lokal dapat naik kelas dan berdaya saing lebih tinggi.
Pemberdayaan UMKM menjadi salah satu fokus utama BNI

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menjelaskan, pemberdayaan UMKM menjadi salah satu fokus utama BNI dalam mendukung ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkelanjutan.
"BNI berkomitmen menghadirkan solusi nyata bagi pelaku usaha lokal agar dapat naik kelas melalui pembinaan dan pendampingan menuju akses pasar yang lebih luas," ujar Okki dalam keterangan tertulis.
Salah satu UMKM binaan BRI

Salah satu kisah sukses dari program ini datang dari Awicho, UMKM asal Ngawi yang berhasil memadukan dua produk lokal yakni cokelat dan tempe menjadi inovasi kuliner khas yang kini dikenal di berbagai kota besar di Indonesia.
Awicho didirikan oleh Masrifah Hidayati Nur, atau akrab disapa Ida, yang awalnya hanya memproduksi cokelat karakter musiman pada 2014. Namun, setelah banyak percobaan, dia menemukan ide unik menciptakan cokelat tempe, menggabungkan dua ikon rasa khas Ngawi.
"Ngawi terkenal dengan tempe. Jadi saya berpikir untuk membuat cokelat tempe. Tidak mudah, karena dua bahan ini punya karakter berbeda. Tapi setelah banyak percobaan, akhirnya ketemu rasa yang pas," ujar Ida.
Lewat dukungan pembinaan dari BNI, Ida mendapat pelatihan dalam hal branding, packaging, digital marketing, hingga kesempatan tampil di berbagai pameran lokal dan nasional.
"Dari pelatihan dan dukungan BNI, kami belajar banyak tentang strategi penjualan dan pengembangan produk. Sekarang penjualan kami meningkat signifikan," katanya.
Awicho semakin maju dengan omzet puluhan juta

Kini, Awicho mempekerjakan lima karyawan tetap dan memproduksi berbagai varian olahan cokelat dan tempe seperti cokelat tempe, brownies kering tempe, serta keripik tempe cokelat dengan harga Rp5.000 hingga Rp25.000 per kemasan.
Ida juga memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya untuk ikut dalam proses produksi, agar mereka dapat memiliki penghasilan tambahan.
"Sebagian besar dari mereka adalah tulang punggung keluarga. Saya ingin mereka juga bisa mandiri dan punya penghasilan sendiri," tambahnya.
Meskipun sempat terpukul saat pandemi Covid-19 dengan omzet hanya Rp2–3 juta per bulan, Ida mampu bangkit berkat semangat pantang menyerah dan dukungan berkelanjutan dari BNI. Kini, omzet Awicho stabil di kisaran Rp25–30 juta per bulan, bahkan melonjak hingga Rp210 juta saat musim Lebaran.
Kisah Awicho menjadi bukti nyata bahwa semangat kepahlawanan juga hadir dalam dunia usaha. Melalui kolaborasi dan pendampingan yang berkelanjutan, BNI terus mendorong lahirnya pahlawan-pahlawan ekonomi baru yang mampu membangun kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dari akar rumput. Dengan semangat ini, BNI berkomitmen melanjutkan perjuangan para pelaku UMKM di seluruh penjuru negeri, menyalakan api perjuangan baru bagi kemajuan ekonomi bangsa. (WEB)















