Industri Iklan dan Titik Balik AI: Peluang atau Ancaman?

Jakarta, FORTUNE - The Cannes Lions Festival of Creativity tahun 2025, sebuah konferensi industri periklanan yang juga merupakan ajang penghargaan dan ajang jejaring sosial, akan diadakan pada tanggal 16-20 Juni di Cannes, Prancis. Namun tahun ini, para peserta juga akan dihadapkan pada perdebatan eksistensial. Festival ini tak lagi sekadar ajang penghargaan karya iklan terbaik. Di tengah suasana pantai dan atmosfer cerah, tapi menjadi arena refleksi mendalam bagi para pelaku industri: apakah mereka sedang menyambut masa depan atau menghadiri pemakaman bisnis agensi tradisional?
“Seperti requiem,” ujar Tom Denford, CEO ID Comms, menggambarkan suasana Cannes tahun ini. Ia menyebut festival ini sebagai simbol berakhirnya era Madison Avenue, masa kejayaan agensi iklan tradisional yang dahulu identik dengan kreativitas ala Don Draper. Demikian melasir Business Insider.
Perubahan besar terjadi secara serentak: adopsi AI yang semakin luas, menurunnya popularitas TV linear, disrupsi perdagangan global, hingga ketidakpastian anggaran iklan jangka panjang. WPP bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan belanja iklan global dari 7,7 persen menjadi 6 persen pada 2025.
Di tengah turbulensi tersebut, muncul gelombang besar dari teknologi: Artificial Intelligence. AI bukan sekadar alat bantu, tapi bisa menjadi aktor utama dalam proses kreatif. “Dunia periklanan bisa jadi sedang menghadiri pemakamannya sendiri tanpa menyadarinya,” ujar Geoffrey Colon. Gunung es di depan," ujarnya, mengutip The New York Times.
Para raksasa teknologi seperti Meta, Google, dan Amazon kini menawarkan alat pembuatan iklan berbasis AI yang memungkinkan pengiklan melewati agensi sama sekali. Kekhawatiran pun memuncak saat Meta mengungkapkan rencana tersebut. Namun, mereka tetap menyebut agensi sebagai “mitra penting” dan “saluran utama bagi industri,” ujar Dave Dugan, Wakil Presiden Klien dan Agensi Global di Meta.