Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Distribusi Bahan Kimia, Resep AKR Corporindo Jaga Keamanan Operasional

AKR Corporindo. (Dok. AKR Corporindo)

Jakarta, FORTUNE - Bagi perusahaan logistik seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), laju distribusi bagai darah yang mengalirkan oksigen ke otak. Maka, penting untuk memperhatikan segala aspek operasional, termasuk keamanan dan keselamatan para pengemudi.

Di sebuah ruang kontrol di Kebon Jeruk, Jakarta Barat (19/11/2024), mata sejumlah karyawan AKR menatap layar besar yang menempel pada dinding di hadapan mereka. Fortune Indonesia, yang berkesempatan mengunjungi ruangan itu, sekelebat melihat beberapa informasi yang terpampang di sana. Layar-layar itu menampilkan status dan posisi armada, hingga gambaran kondisi para pengemudinya. Yang terakhir bahkan dapat dipantau melalui sejumlah layar pemantul kamera CCTV, yang dipasang oleh AKR.

“Kamu sudah lihat di ruang kontrol, kan? Itu bisa cek kapasitasnya berapa, sudah pakai berapa, siapa yang pakai. Nomor pelatnya berapa, sampai bisa ambil foto, dan langsung lapor ke BPH Migas dan Menteri Keuangan,” jelas Direktur AKR Corporindo, Suresh Vembu (25/11).

Kenapa harus sampai ke BPH Migas (Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi) dan Kementerian Keuangan? Barang yang didistribusikan AKR memang tak sembarangan. Perusahaan yang didirikan oleh Soegiarto Adikoesoemo ini merupakan salah satu distributor utama untuk produk kimia dan petroleum, seperti bahan bakar minyak (BBM) termasuk yang disubsidi.

AKR telah berinvestasi di bidang teknologi dan informasi (TI) sekitar 2007–2008. Awalnya, itu hanya untuk membantu bisnis pasok bahan bakar minyak, mengingat risikonya yang tinggi karena mudah terbakar dan rawan dicuri. Seiring berjalannya waktu, teknologi itu dikembangkan untuk menopang seluruh lini bisnis AKR pada 2010, saat perseroan dipercaya menjadi salah satu mitra pemerintah untuk mendistribusikan barang bersubsidi. Ketika itu, salah satu syaratnya adalah dokumentasi pengiriman.

Sistem TI itu membantu AKR meningkatkan akuntabilitas agar distribusi BBM bersubsidi lebih tepat sasaran. “Waktu kami dapat uang dari pelanggan, misalnya [untuk distribusi] solar, tapi harus dapat subsidi atau kompensasi pemerintah. Pasti pemerintah membutuhkan bukti kan? Perusahaan sudah jual ke siapa? Kalau tak dibuktikan, [pemerintah] tidak mau bayar subsidi,” kata Suresh.

“Untungnya ini AKR sudah membuat sistem sendiri, tidak ada yang seperti ini [sebelumnya].”

Didukung teknologi kecerdasan buatan, petugas di ruang kontrol bisa meninjau kondisi pengemudi secara berkala. Jika ada ciri-ciri yang menunjukkan kondisi fatigue atau kelelahan, maka akan dikirim sinyal pengingat agar pengemudi beristirahat. Beberapa indikasi kelelahan yang dapat dikenali oleh sistem buatan AKR adalah berkali-kali menguap dan berkedip. Dalam Standar Operasional Prosedur perseroan, ada ketentuan yang mengharuskan sopir beristirahat 30 menit setiap empat jam mengemudi.

Kamera pengawas di armada pengiriman AKR pun dapat merekam situasi di sekitar jalur yang dilalui, sehingga dapat membantu perseroan mendokumentasikan peristiwa yang terjadi selama pengiriman. Semua itu berkat fitur AGAS (Advanced Driver Assistance Systems) dan DMS (Driver Monitoring Systems) dari AKR Dashcam.

Di luar kondisi pengemudi dan area yang dilalui, para petugas di ruangan kontrol juga dapat meninjau berbagai indikator yang memengaruhi kondisi produk, seperti volume, kepadatan, hingga potensi kontaminasi. Tugas pengawasan dilakukan selama 24/7, yang dibagi menjadi tiga sif berbeda.

Pada dasarnya, sistem itu membantu petugas di Jakarta mengontrol proses distribusi di seluruh wilayah operasional AKR, termasuk sekitar 300–400 truk tanker yang mengangkut barang-barang kimia berbahaya, BBM, dan sebagainya.

Sebagai pionir dalam distribusi produk kimia di Indonesia, pengembangan sistem ini cukup menjadi tantangan. “Sistem itu tak tersedia di pasar, harus dikembangkan sendiri berdasarkan yang kami butuhkan. Setiap perusahaan memiliki sistem sendiri,” ujarnya.

Tapi, itu tetap harus dikembangkan. “Kalau tidak dilakukan, bagaimana bisa sebagai perusahaan besar mau mengontrol operasional di seluruh tempat dan mendapat kepercayaan dari pelanggan dan pemerintahan? Semua itu butuh banyak perencanaan dan implementasi.”

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us