Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

PMI Manufaktur RI Capai Level Tertinggi dalam 11 Bulan

Fasilitas manufaktur ESSA. (Dok. ESSA).
Intinya sih...
  • PMI manufaktur Indonesia mencapai level tertinggi dalam 11 bulan.
  • Pesanan baru melonjak, produksi dan tenaga kerja meningkat.
  • Harga dan tantangan biaya produksi juga mengalami peningkatan.

Jakarta, FORTUNE - Aktivitas manufaktur Indonesia melesat pada Februari 2025. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (3/3), menunjukkan level PMI manufaktur Indonesia 53,6. Dalam 11 bulan terakhir atau sejak Maret 2024, angka tersebut merupakan yang tertinggi.

Menurut S&P Global, kenaikan ini mencerminkan perbaikan yang jelas dalam kesehatan sektor produksi barang. Peningkatan permintaan baru yang mencapai level tertinggi dalam hampir satu tahun menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan. 

Kepala Ekonom S&P Global Market Intelligence, Joe Hayes, menyatakan momentum pertumbuhan pada sektor manufaktur Indonesia terus berlanjut hingga Februari, yang menjadi pertanda baik untuk kuartal I-2025.

"Kondisi permintaan yang kuat mendorong ekspansi rekor dalam perekrutan tenaga kerja serta peningkatan volume pembelian. Kami juga melihat bahwa para pelaku industri semakin optimistis terhadap prospek masa depan, dengan tingkat kepercayaan bisnis mencapai level tertinggi dalam hampir tiga tahun terakhir,” kata dia dalam keterangannya, Senin (3/3).

Namun, ia juga mengingatkan lemahnya ekspor dapat menjadi tantangan tersendiri di tengah ketidakpastian perdagangan global akibat meningkatnya proteksionisme. Meski demikian, optimisme yang tinggi di kalangan pelaku industri menunjukkan pasar domestik masih menjadi pendorong utama pertumbuhan, setidaknya dalam jangka pendek.

Pesanan baru meningkat, produksi dan tenaga kerja melonjak

Pendorong utama lonjakan ini adalah meningkatnya permintaan terhadap barang-barang buatan Indonesia. Pesanan baru meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut, dengan laju pertumbuhan tertinggi sejak Maret 2024. Para responden survei melaporkan aktivitas pasar mengalami peningkatan, yang mendorong masuknya pesanan dalam jumlah besar.

Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh permintaan domestik, mengingat peningkatan pesanan baru secara keseluruhan disertai dengan sedikit penurunan dalam ekspor.

Untuk memenuhi permintaan lebih besar, produksi pabrik Indonesia terus berkembang pada Februari. Peningkatan ini menjadi yang tercepat dalam sembilan bulan terakhir.

Seiring dengan naiknya pesanan baru, perusahaan pun menambah kapasitas dengan merekrut lebih banyak pekerja. Bahkan, tingkat perekrutan tenaga kerja mencetak rekor tertinggi sejak survei ini dimulai hampir 14 tahun yang lalu.

Namun, karena laju pertumbuhan pesanan baru lebih cepat dibandingkan dengan produksi, terjadi sedikit peningkatan dalam pekerjaan yang tertunda. Meski demikian, akumulasi backlog ini masih dalam tingkat yang moderat.

 

Harga dan tantangan biaya produksi

Untuk mengakomodasi peningkatan produksi, para pelaku industri meningkatkan pembelian bahan baku. Pertumbuhan pembelian ini meningkat lebih cepat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, bahkan menjadi yang tercepat sejak Mei tahun lalu.

Meskipun rantai pasokan masih mengalami tantangan, seperti waktu pengiriman pemasok yang sedikit lebih lama, para produsen tetap berhasil meningkatkan stok bahan baku mereka ke tingkat cukup tinggi.

Di sisi lain, tekanan biaya produksi meningkat pada pertengahan kuartal pertama akibat pergerakan nilai tukar yang tidak menguntungkan, harga bahan baku lebih tinggi, serta kenaikan harga dari para pemasok.

Demi melindungi margin keuntungannya, produsen barang di Indonesia menaikkan harga jual pada Februari. Beberapa responden survei menyatakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) turut berkontribusi terhadap peningkatan harga jual.

Namun, tingkat inflasi harga output masih relatif moderat dan menjadi yang paling lambat dalam empat bulan terakhir.

 

 

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us