Sampoerna Perkuat Investasi dan Penciptaan Lapangan Kerja

Jakarta, FORTUNE – Emiten rokok, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) memperkuat posisinya sebagai industri tembakau di Indonesia. Hal ini direalisasikan melalui komitmen investasi dan penciptaan lapangan kerja.
Presiden Direktur Sampoerna, Vassilis Gkatzelis mengatakan, sejak 2005 perusahaan telah berinvestasi lebih dari US$6,3 miliar. Perseroan merealisasikan tambahan investasi pada awal 2023 melalui pembangunan fasilitas produksi produk tembakau bebas asap di Karawang, Jawa Barat. Hasill produksi pabrik ini akan difokuskan untuk pasr ekspor ke Asia Pasifik dan pasar dalam negeri.
Sampoerna juga memperkenalkan inovasi terkini berbasis teknologi, produk tembakau bebas asap, IQOS ILUMA. Pada kuartal III 2023, bersamaan dengan fasilitas produksi, Sampoerna juga telah menyelesaikan pembangunan Laboratorium Pengujian dan Analisis dengan fasilitas canggih, terutama produk tembakau bebas asap.
“Pencapaian ini merupakan langkah besar dalam menyediakan produk bebas asap rokok yang dibuktikan secara ilmiah Meskipun hal ini tidak bebas risiko, namun hal ini merupakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa yang akan terus merokok merokok,” kata Vassilis dalam keterangannya, Rabu (23/11).
Realisasi investasi ini merupakan bagian dari upaya Sampoerna dalam mendukung prioritas pemerintah untuk mendorong investasi, meningkatkan ekspor produk jadi bernilai tambah, dan meningkatkan hilirisasi industri.
“Investasi jangka panjang Sampoerna adalah bukti kepercayaan kami terhadap iklim investasi Indonesia, peluang kerja, pembelian pasokan tembakau lokal, pengembangan UMKM, pengoperasian digital hub, serta peningkatan kinerja ekspor,” kata Vassilis.
<p>Dinamika Industri </p>
Sampoerna menghadapi tekanan dalam industri tembakau, khususnya akibat kenaikan cukai rokok hingga dua digit atau jauh di atas tingkat inflasi, melebarnya tarif cukai yang semakin besar antara tier 1 dengan segmen di bawahnya serta meningkatnya peredaran produk rokok ilegal.
Secara keseluruhan, pada periode Januari hingga September 2023, volume industri rokok mengalami penurunan 5 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pasar pangsa pasar naik sekitar 27 persen hingga kuartal III 2023. Perbaikan pangsa pasar segmen SKT sudah terjadi beberapa tahun terakhir setelah mengalami penurunan dari 37 persen pada 2006 menjadi 17 persen pada 2019. Pemulihan tersebut didukung oleh kebijakan cukai hasil tembakau oleh Pemerintah khususnya sejak 2021 dengan pertimbangan serapan lapangan kerja.