SUN Energy Dorong ESG Lewat Edukasi Energi dan Kolaborasi

- SUN Energy meluncurkan program edukasi SUN RISE untuk mendukung transisi energi di Indonesia
- Program ini telah melibatkan lebih dari 40.000 peserta dan menyasar masyarakat umum, tenaga profesional, serta pelajar dan mahasiswa
- Pada 2024, SUN Energy berhasil mengembangkan kapasitas PLTS lebih dari 365 MWp di Asia-Pasifik dengan pertumbuhan bisnis yang signifikan
Jakarta, FORTUNE - Kesiapan sumber daya manusia lokal di sektor energi menjadi perhatian. Meski Indonesia memiliki 798.600 pekerjaan di sektor bioenergi pada 2023, jumlah tenaga kerja tersertifikasi di bidang energi terbarukan masih minim.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas memperkirakan transisi ke ekonomi hijau berpotensi menciptakan 1,8 juta pekerjaan hijau pada 2030. Meski begitu, keterbatasan SDM menjadi salah satu faktor penyebab yang disebut menunda investasi.
SUN Energy berupaya mendorong transisi energi dan pembinaan SDM di Indonesia melalui pendekatan berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG), salah satunya lewat peluncuran program edukasi SUN RISE (SUN Renewable Insight & Solar Expertise) sebagai bagian dari pialar sosial perusahaan.
Program edukatif ini telah menjangkau lebih dari 40.000 peserta hingga kuartal pertama 2025, melibatkan masyarakat umum, pelajar, dan profesional melalui lebih dari 600 jam aktivitas edukasi. SUN RISE didesain sebagai solusi atas tantangan rendahnya kesiapan tenaga kerja di sektor energi terbarukan nasional.
Chief Sales Officer SUN Energy, Oky Gunawan, mengatakan SUN RISE merupakan wujud nyata dari komitmen ESG yang tidak hanya mengedukasi, tetapi juga mengorkestrasi percepatan transisi energi di Indonesia. “Melalui inisiatif ini, kami ingin berada di garis terdepan dalam menyiapkan talenta masa depan, memperluas akses pengetahuan, dan membentuk ekosistem yang kolaboratif bagi energi surya," ujarnya, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (2/5).
SUN RISE menyasar tiga kelompok utama: masyarakat umum (melalui seminar dan media interaktif), tenaga profesional (melalui pelatihan teknis dan praktik lapangan), serta pelajar dan mahasiswa (lewat program kunjungan industri dan magang).
Kolaborasi dengan sektor swasta juga ditekankan. Salah satunya dengan TML Energy, yang terlibat langsung dalam pelatihan. SUN Energy juga memperkenalkan Future Energy Box dan stasiun pengisian daya Chargee bertenaga surya pada ajang Maybank Marathon 2024 di Bali, sebagai bagian dari strategi edukasi publik berbasis pengalaman. Di tingkat perguruan tinggi, SUN Energy membuka akses magang dan kunjungan industri seperti yang dilakukan mahasiswa UI dari AIChE Student Chapter.
Kinerja 2024: ekspansi PLTS dan pertumbuhan bisnis
Sepanjang 2024 mencatatkan capaian signifikan bagi SUN Energy. Perusahaan berhasil mengembangkan kapasitas PLTS lebih dari 365 MWp di Asia-Pasifik, dengan 185 MWp di antaranya berada di Indonesia. Proyek-proyek ini tersebar di 17 provinsi dan bekerja sama dengan lebih dari 35 pelaku industri.
Produksi energi bersih mencapai 460 juta kWh, setara dengan kebutuhan listrik 380.000 rumah tangga per tahun, serta pengurangan emisi karbon sebesar 358.000 ton—dalam ekuivalen lingkungan, setara penanaman sekitar 5,9 juta pohon. Lebih dari 1.700 lapangan kerja diciptakan dari proyek-proyek ini.
Capaian ini turut berkontribusi terhadap lonjakan permintaan PLTS secara nasional. Kementerian ESDM mencatat bahwa kapasitas PLTS terpasang pada 2024 melampaui target nasional sebesar 147,02 persen, sementara data PLN menunjukkan peningkatan pelanggan PLTS Atap dari 8.491 pada 2023 menjadi 9.632 pada Oktober 2024.
Direktur Utama SUN Energy, Emmanuel Jefferson Kuesar, menyatakan, “Kami melihat 2025 sebagai tahun akselerasi. Dengan inovasi yang terus berkembang, kami siap membawa industri energi surya ke level berikutnya dan membantu perusahaan mencapai target keberlanjutan lebih cepat dari sebelumnya.”
Investasi jangka panjang
SUN Energy, melalui induk usahanya SUN Group, menargetkan pendapatan sebesar Rp600 miliar pada 2024. Untuk mendukung ekspansi strategis, perusahaan telah mengamankan pembiayaan sebesar Rp2 triliun dari sejumlah lembaga keuangan, termasuk Bank Mandiri, Bank Permata, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), dan SMBC Indonesia.
SUN Group mengembangkan model bisnis “Sustainability as a Service” mencakup teknologi pengolahan air (Nira) dan pengembangan stasiun pengisian kendaraan listrik Otopods, yang kini telah beroperasi di enam titik di Jakarta.
Anggita Pradipta, Head of Marketing SUN Energy, menambahkan bahwa SUN RISE bukan semata program edukatif.
"SUN RISE menjadi bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan terhadap ESG, dengan tujuan membentuk komunitas yang siap berkontribusi dalam mencapai Net Zero Emission di Indonesia," katanya.