Jakarta, FORTUNE – Industri otomotif dalam negeri mengalami pemulihan kinerja yang tidak seragam. Pasar mobil bekas sepanjang tahun ini masih terkoreksi. Kinerja pembiayaan kendaraan second ini juga kontras dengan mobil baru yang positif.
Statistik Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pembiayaan kendaraan bekas sampai Mei 2022 hanya mencapai Rp54,62 triliun, atau turun 2,6 persen ketimbang Rp56,06 triliun pada periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sepanjang tahun ini, outstanding kredit mobil bekas juga stagnan pada kisaran Rp54 triliun.
Pembiayaan mobil bekas tahun lalu turun 5,3 persen menjadi Rp54,32 triliun, menurut data sama. Sedangkan, pada 2020, pembiayaan kendaraan second terkoreksi 1,8 persen menjadi Rp57,39 triliun.
Dalam jangka panjang, penjualan mobil bekas pada era sebelum COVID-19 mewabah masih tumbuh. Statistik OJK memperlihatkan outstanding pembiayaan kendaraan bekas meningkat 1,8 persen menjadi Rp58,46 triliun.
Kepada Fortune Indonesia, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menyebut pembiayaan mobil bekas saat ini sebenarnya termasuk tinggi—meski data menunjukkan kondisinya terkoreksi.
Menurutnya, perkembangan pembiayaan mobil bekas saat ini justru terdorong oleh masalah pasokan yang melanda mobil baru. Kondisi kelangkaan suplai mobil baru itu akibat krisis semikonduktor atau chip.
“Pangsa pasar mobil bekas juga banyak satu banding tiga. Setiap satu kali kendaraan baru dibeli ada 3 kendaraan bekas. Artinya bahwa ini akan terus menjadi proses terus menerus karena kebutuhan (konsumen) untuk berganti mobil,” kata Suwandi, Kamis (7/7).
Sementara, pembiayaan mobil baru pada Mei tahun ini mencapai Rp117,14 triliun, atau tumbuh 7,2 persen dalam setahun, menurut data OJK. Sedangkan, pembiayaan segmen kendaraan ini pada 2021 terkoreksi 0,2 persen menjadi Rp112,05 triliun. Krisis pandemi tahun pertama menjadi bukti kinerja mobil baru yang melorot, dengan pembiayaan turun 17,2 persen menjadi Rp112,23 triliun.