BSI Telah Mengumpulkan 250 Kilogram Emas Selama 4 Bulan

- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) telah ratusan kilogram emas dalam waktu empat bulan.
- Masyarakat merespons antusias terhadap layanan berbasis logam mulia yang kini tersedia itu.
- BSI mencatat lonjakan pertumbuhan bisnis emas sebesar 82 persen secara tahunan.
Jakarta, FORTUNE - Baru empat bulan sejak mengantongi izin sebagai bank emas atau bullion bank, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) telah menunjukkan kinerja awal impresif dalam layanan berbasis logam mulia. Perusahaan itu berhasil mengumpulkan 250 kilogram emas hingga akhir April 2025, mencerminkan sinyal antusiasme masyarakat terhadap kehadiran bank emas syariah pertama di Indonesia.
Plt Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, mengonfirmasi angka tersebut dalam konferensi pers di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (5/5).
"Sampai bulan April, emas yang berhasil dikumpulkan mencapai sekitar 250 kilogram," kata dia.
Menurut Bob, angka ini merefleksikan antusiasme masyarakat terhadap layanan logam mulia syariah yang kini lebih mudah diakses.
BSI resmi menyandang status sebagai bank emas sejak Februari 2025. Lisensi bullion bank ini memungkinkannya untuk menyediakan layanan lebih komprehensif terkait emas, jauh melampaui aktivitas sebelumnya. Kini nasabah bisa melakukan jual beli, penitipan, dan investasi langsung melalui super apps BSI.
Bob menyinggung dua pendorong utama tingginya minat masyarakat: kemudahan investasi dan tabungan emas berbasis syariah, serta faktor eksternal yang mendukung.
"Tren harga emas yang cenderung naik akhir-akhir ini juga menjadi pemicu utama. Masyarakat merespons dengan cukup antusias," ujarnya.
Ia menambahkan, ada tipe nasabah yang memandang emas sebagai instrumen saving, dan ada yang menjadikannya sebagai sarana investasi.
Dalam melayani transaksi emas, BSI, menurutnya, mengedepankan konsep berbasis digital.
"Konsep bank emas BSI mengedepankan pendekatan peer to peer. Masyarakat bisa langsung bertransaksi lewat aplikasi—membeli, menyimpan, atau menjual emas mereka di sana secara real-time," kata Bob.
Pendekatan ini memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi nasabah.
Bob turut menambahkan bahwa potensi pada segmen emas di Indonesia sangat terbuka lebar. Sebab, diperkirakan saat ini ada sekitar 1.800 ton emas yang beredar di masyarakat, tapi belum termonetisasi secara optimal melalui layanan perbankan. Angka ini menunjukkan peluang pasar yang besar bagi BSI sebagai bank emas.
Kinerja positif pada layanan emas juga tecermin pada laporan keuangan perseroan.
Laporan keuangannya pada kuartal I-2025 menunjukkan bisnis emas BSI mengalami lonjakan pertumbuhan 82 persen secara tahunan, mencapai nilai Rp14,3 triliun. Nilai ini tumbuh signifikan dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang mencapai Rp7,87 triliun.
Pertumbuhan bisnis emas BSI pada kuartal I-2025 didorong oleh dua lini utama. Lini Gadai Emas menjadi penyumbang terbesar, meroket 168,64 persen secara tahunan menjadi Rp7,37 triliun, naik drastis dari Rp2,74 triliun pada kuartal I-2024.
Perolehan ini disusul lini Cicil Emas yang tumbuh 35,65 persen secara tahunan senilai Rp6,96 triliun, dari Rp5,13 triliun pada kuartal I-2024.