FINANCE

Dorong Kredit Sindikasi, Ini Sektor Incaran BNI di 2022

Kredit sindikasi diharapkan mendorong fee base income.

Dorong Kredit Sindikasi, Ini Sektor Incaran BNI di 2022Menara BNI Pejompongan/ Dokumen BNI
03 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) terus menggenjot pembiayaan sindikasi di tengah kecukupan modal, likuiditas serta besarnya potensi pembiayaan korporasi berkualitas tinggi.

Corporate Secretary BNI Mucharom menyampaikan, pada tahun 2022 beberapa sekror pembiayaan sindikasi akan menjadi salah satu pendorong pencapaian target di masa pemulihan ekonomi.

“Kami pun melihat potensi bisnis pembiayaan di sektor-sektor yang menunjukkan pemulihan secara cepat pasca pandemi Covid-19 antara lain kesehatan, telekomunikasi, konstruksi, infrastruktur, energi dan manufaktur,” kata Mucharom melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat (31/12).

Ekonomi RI diprediksi tembus 4,5% di akhir 2021

Dirinya mebambahkan, pertumbuhan ekonomi mulai banyak mendorong perusahaan korporasi merealisasikan proyek-proyek besar. Hal ini pun menjadi peluang untuk perbankan meningkatkan pembiayaan khususnya secara sindikasi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan pada kisaran 3,7 persen hingga  4,5 persen pun menurutnya akan menjadi modal optimisme pemulihan perekonomian nasional.

Kondisi tersebut diharapkan memberikan dampak terhadap kinerja industri perbankan. Di mana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan masih relatif tinggi di angka 10 persen.
 

Total new deals pembiayaan sindikasi BNI capai Rp20 triliun

Hingga kuartal III 2021 pembiayaan sindikasi BNI masih berjalan sesuai dengan pipeline. BNI telah menyelesaikan beberapa kesepakatan sindikasi strategis termasuk pembiayaan proyek Tol Cijago (Tol Cinere – Jagorawi).

Sejauh ini, BNI juga telah mencapai sejumlah kesepakatan dengan total sekitar ekuivalen Rp57 triliun, di mana porsi BNI sendiri mencapai Rp20 triliun atau sekitar 35 persen. Raihan tersebut didominasi oleh sektor konstruksi sebesar 38,5 persen, sektor perindustrian 22,1 persen, sektor listrik gas dan air 15,8 persen dan  sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 13,2 persen
 

Related Topics