10 Merek Mewah Teratas yang Unggul Berkat Digitalisasi

Jakarta, FORTUNE - Sepanjang 2023 industri mewah masih mengalami dinamika pasar. Namun, perubahan yang terjadi serta warisan yang kuat, dari brand, serta arah digital menjadi pendorong utama industri ini. Selama periode yang penuh gejolak ini, banyak merek ternama melaporkan penurunan pendapatan.
Melansir Vogue Business pada Jumat (26/1), banyak faktor yang mempengaruhi merosotnya kinerja para merek, termasuk berkurangnya keterlibatan di portal belanja online multi-merek selama perjalanan pembelian konsumen. Hal ini berdampak pada merek-merek yang sangat bergantung pada penjualan grosir. Sementara itu, faktor lainnya mencakup fluktuasi mata uang dan kehati-hatian konsumen, menyebabkan tekanan pada strategi penetapan harga.
Namun, di tengah semua kesulitan ini, sejumlah merek kian bersinar, seperti Gucci, Miu Miu, dan Ferragamo. Masing-masing mendapatkan manfaat dari peningkatan pembelian karena adanya permintaan yang terpendam. Barang-barang investasi terus menjadi fokus utama, dengan tas tangan tetap menjadi produk yang paling banyak diminati. Konsumen barang mewah di Cina, Jepang, dan Korea Selatan tampaknya tidak terpengaruh oleh kenaikan harga jika dibandingkan dengan konsumen global.
Dalam Vogue Business’s Winter 2023/24 Index, terungkap kesenjangan antara tiga pemain teratas dalam industri ini dan produk mewah lainnya terus melebar, mengurangi kemungkinan gangguan terhadap merek-merek utama ini di seluruh Indeks yang akan datang.
Gucci berhasil menyalip Dior dan kembali ke posisi kedua sejak Winter 2021, merebut kembali posisinya sebagai merek nomor satu dalam hal omnichannel dan ESG. Pada Indeks sebelumnya, dua pilar ini masing-masing dikuasai oleh Burberry dan Bottega Veneta. Sementara itu, Prada naik tiga peringkat, dan Balenciaga kembali masuk ke dalam 10 besar.