Adidas Raih Laba Tertinggi, Lampaui Nike di Kuartal I 2025

Jakarta, FORTUNE - Adidas mencetak rekor kinerja terbaik dalam sejarah perusahaan pada kuartal pertama 2025, dengan laba operasional yang hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Performa impresif ini membuat Adidas unggul jauh dari pesaing utamanya, Nike.
Perusahaan olahraga asal Jerman itu melaporkan laba operasional sebesar 0,61 miliar euro, naik tajam dari 0,336 miliar euro pada kuartal pertama 2024. Pendapatan juga melonjak 13 persen secara tahunan menjadi 6,1 miliar euro—angka tertinggi yang pernah dicatat Adidas dalam kuartal pertama.
Kinerja cemerlang tersebut diraih meski ketegangan perdagangan global tengah meningkat. Bahkan, Adidas berhasil mengungguli ekspektasi analis yang memperkirakan laba operasional hanya akan mencapai 0,546 miliar euro.
CEO Adidas, Bjørn Gulden, menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi secara merata di seluruh pasar dan saluran distribusi. “Hal ini menunjukkan kekuatan brand kami,” kata Gulden.
Meski performa awal tahun sangat kuat dan perusahaan telah tiga kali merevisi naik proyeksi tahunannya tahun lalu, Adidas belum mengumumkan target 2025 dalam laporan kuartal awal ini. Gulden menegaskan bahwa pihaknya akan tetap berhati-hati dalam menyusun panduan jangka panjang, mengingat ketidakpastian geopolitik dan perubahan perilaku konsumen. Laporan lengkap kinerja kuartal pertama Adidas dijadwalkan dirilis pada 29 April 2025.
Kompetisi pasar kian ketat
Sementara Adidas melesat, Nike justru menghadapi tekanan berat. Bulan lalu, perusahaan asal Amerika Serikat itu memperkirakan penurunan pendapatan kuartal saat ini sebesar "belasan persen", terutama akibat tekanan tarif dan kompetisi pasar yang kian ketat.
Kebijakan tarif baru dari AS terhadap Vietnam dan negara lain sempat mengguncang rantai pasok global dan memengaruhi kepercayaan investor. Meski tarif tersebut telah ditangguhkan, saham Nike telah anjlok lebih dari 12 persen sejak awal April. Di sisi lain, saham Adidas berhasil pulih dan menghapus seluruh kerugian sebelumnya.
Kebangkitan Adidas didorong oleh lonjakan permintaan terhadap sepatu bergaya retro, terutama model Samba dan Gazelle yang mencatat penjualan tinggi di berbagai wilayah. Sejak menjabat sebagai CEO pada 2023, Gulden dinilai berhasil membawa Adidas melewati fase transformasi besar pasca-penghentian kerja sama dengan rapper Kanye West dan lini Yeezy pada 2022. Penjualan akhir stok Yeezy rampung pada akhir tahun lalu.
Sementara itu, Nike juga menghadapi tantangan dari pemain baru di industri sepatu lari, seperti On dan Hoka, yang semakin mencuri pangsa pasar.