Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gen Z dan Mimpi Investasi Hermès: Antara Gaya dan Risiko

hermes 4.jpg
instagram.com/hermes

Jakarta, FORTUNE - Tas mewah seperti Hermès Birkin kini dianggap sebagai “kelas aset” oleh sebagian Gen Z, terutama di TikTok. Muncul klaim bahwa tas tersebut bisa lebih menguntungkan daripada saham, seperti yang diungkap dalam unggahan viral: “Saat ada pria menyuruh Anda investasi di pasar saham, tapi Anda tahu tas Hermès Birkin memberikan imbal hasil yang lebih baik.”

Meski beberapa pengguna TikTok menyebut tas Birkin atau Chanel sebagai investasi paling menguntungkan—bahkan ada yang menyebut Chanel sebagai “investasi terbaik yang bisa Anda buat”—para ahli keuangan memperingatkan risikonya, tapi pendapat ini malah menjadi semakin populer di kalangan perempuan muda. Demikian dilaporkan Fortune.com, dikutip Senin (5/5).

Data memang menunjukkan pertumbuhan nilai tas mewah. Birkin tumbuh rata-rata 5 persen per tahun menurut Sotheby’s, dan model Sellier naik 52 persen tahun lalu. Namun, nilai jual sangat bergantung pada kondisi, tren, dan keaslian, membuatnya tidak likuid dan penuh risiko.

Madé Lapuerta, pendiri Data but Make it Fashion, menyampaikan bahwa minat terhadap fesyen bukan hal bodoh. Ia menegaskan, “Belanja itu tidak selalu keputusan buruk atau penggunaan uang yang bodoh.” Meski menyatakan tas Birkin mengungguli S&P 500 dalam lima tahun terakhir, ia tetap menyarankan diversifikasi.

Saya juga pakai cara konvensional. Saya punya rekening tabungan yang kasih bunga bagus. Saya investasi di S&P 500, dan menurut saya itu pintar. Banyak cara pintar untuk berinvestasi, dan saya sama sekali tidak mengatakan Birkin adalah satu-satunya jalan," ujarnya.

Realita investasi barang mewah

hermes 1.jpg
instagram.com/hermes

Investasi tas mewah bukan tanpa hambatan. Pertama, tidak semua tas mempertahankan nilainya. Dua tas Birkin tahun 2015 yang dijual di Sotheby’s memiliki nilai berbeda: satu seharga US$17.500 dan yang lain US$24.500—jauh dari prediktabilitas pasar saham. Selain itu, membeli tas baru langsung dari butik bukan hal mudah: pembeli harus membangun hubungan baik dengan penjual, atau beralih ke pasar sekunder yang lebih berisiko.

Di Rebag, beberapa produk memang diberi label “Investment Piece”, menandakan bahwa barang tersebut memiliki “retensi nilai yang konsisten, peningkatan historis, dan permintaan tinggi”.

Layne dari Rebag menyebut tas seperti Hermès, Chanel, dan Louis Vuitton sebagai “aset koleksi paling stabil dan memiliki korelasi paling rendah dengan saham.” Namun, fakta bahwa pembelian dapat dilakukan lewat skema buy now, pay later (BNPL) dengan nilai puluhan ribu dolar justru memunculkan risiko finansial baru.

Apa kata ahli?

Allyson Kiel, penasihat kekayaan pribadi dari Synovus Bank, memperingatkan agar publik tidak terjebak ilusi glamor investasi media sosial. “Media sosial memang alat yang luar biasa, tapi jangan jadikan itu seperti kitab suci,” ujarnya. “Anda tidak tahu apa motivasi orang yang posting atau endorsement yang mereka terima.”

Noah Kerner, CEO Acorns, mengutip nasihat klasik dari Warren Buffett: “saat orang lain rakus, Anda harus takut.”

“Tidak ada yang namanya cara cepat untuk kaya,” ujar Kerner. “Tentu, ada beberapa orang yang menang lotre atau bisa tepat waktu di pasar kripto. Tapi untuk kebanyakan dari kita, itu strategi yang buruk. Satu-satunya cara pasti adalah jadi kaya secara perlahan.”

Langkah paling bijak? Menabung lebih banyak dari yang dibelanjakan, memanfaatkan program pensiun kantor, dan mulai berinvestasi sejak muda. “Semakin muda Anda mulai, semakin panjang landasanmu, dan semakin besar kekayaan yang bisa Anda bangun,” tutup Kiel.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us