IHSG Hari Ini Diprediksi Menguat Berkat Aliran Modal Asing

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (15/3) diprediksi menguat terbatas, melanjutkan kenaikan kemarin, Senin (14/3) sebesar 0,42 persen di level 6.952,20. Ketertarikan investor global terhadap pasar modal Tanah Air menopang pergerakan indeks hari ini.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, mengatakan aliran modal yang masuk ke Indonesia secara year to date (ytd) masih mengindikasikan minat yang relatif besar dari penanam modal asing atas pasar saham Indonesia.
William memperkirakan IHSG bergerak pada support 6.823 dan resisten 6.996. Beberapa saham yang dia rekomendasikan pada perdagangan pagi ini, yakni AALI, ASII, BBCA, BBRI, INDF, KLBF, dan TBIG.
Di sisi global, rencana pengetatan kebijakan moneter The Fed juga membayangi indeks serta berpotensi memengaruhi pasar surat utang dalam negeri. Namun demikian, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai pasar obligasi domestik masih relatif atraktif dengan yield di bawah 7 persen seiring dengan penurunan kasus varian Omicron, kembali bergeraknya mobilitas masyarakat, dan fundamental ekonomi yang cukup baik.
Berdasarkan analisis teknikal, Nico memprediksi IHSG hari ini bakal bergerak menguat terbatas di rentang support 6.895–6.997. Namun potensi koreksi masih membayangi akibat sentimen yang ada. Saham yang ia pantau, yaitu BBNI, JPFA, dan SIDO.
Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper, juga meramal IHSG bakal lebih bertenaga akibat tingginya harga komoditas. Selain itu, investor diperkirakan lebih konservatif menjelang penetapan suku bunga di pertengahan pekan ini.
Secara teknikal, candlestick membentuk higher high dan higher low disertai kenaikan volume dengan stochastic yang melebar setelah membentuk goldencross.
"IHSG hari ini akan bergerak di kisaran support 6.923-6.895 serta resisten di 6.974-6.997," katanya.
Sejumlah saham yang ia pantau hari ini, yaitu PTPP, CTRA, BBCA, MNCN, BJBR, KLBF, BBRI, IPTV, ERAA, dan BBRI.
Menanti kebijakan bank Indonesia
Nico mengungkapkan, berkaca pada 2013 saat terjadi taper tantrum, BI menaikkan suku bunga secara agresif, yakni 7 kali sepanjang satu semester—dari Mei hingga November. Akibatnya, IHSG pun sempat anjlok 24 persen dalam tiga bulan pertama kebijakan (Mei hingga Agustus).
Kondisi serupa menurutnya bisa saja terjadi tahun ini saat BI mengumumkan peningkatan suku bunga. Akan tetapi, kenaikan suku bunga BI mungkin tak akan seagresif 2013, karena tingkat inflasi yang diperkirakan masih dalam target bank sentral: 2 persen sampai 4 persen.
“Dan ini didukung prinsip kehati-hatian BI dalam menjaga stabilitas sistem keuangan,” katanya.
Bila suku bunga BI benar naik, maka saham growth stock (sektor teknologi, properti, dan infrastruktur) akan terdampak. Nico memperkirakan pembelian saham atau obligasi dengan fondasi baik dengan strategi buy on weakness.