Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berisiko kembali melemah pada Rabu (23/2) usai terkoreksi 0,59 persen ke level 6.861 pada perdagangan kemarin. Konflik Ukraina dan Rusia yang kian memanas memicu kekhawatiran investor dan menimbulkan ketidakpastian pasar.

Sementara sentimen dari dalam negeri terbilang masih stabil untuk menekan indeks. “Di mana kebijakan PPKM level 3 saat ini tidak sampai menghambat aktivitas ekonomi sehingga tidak begitu mengkhawatirkan,” kata Technical Analyst Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova kepada Fortune Indonesia, Senin (22/2).  

Berdasarkan analisis teknikal, Ivan memprediksi IHSG akan menguji support dari garis Moving Average 20 dan Fibonacci Retracement 38,2 persen di kisaran level 6.773—jika masih bergerak di bawah 6.903.

Level support IHSG ada di 6.824, 6.773, dan 6.725; sedangkan level resisten berada di 6.950, 6.974, dan 7.030. Berdasarkan indikator MACD sedang dalam kondisi netral. Ada pun saham yang Ivan soroti, yakni: BMRI, MDKA, PGAS, TKIM, dan WSKT.

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus memprediksi IHSG kembali melemah dan bergerak di rentang 6.782–6.942 pada Rabu pagi. Saham yang dia rekomendasikan pagi ini di antaranya MEDC, INCO, dan KLBF.

Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper pun memprediksi IHSG terkoreksi dan melaju di rentang support 6.821 dan 6.782 serta resisten di level 6.901 dan 6.942. Saham pilihannya, antara lain: MNCN, CTRA, ASII, PWON, JPFA, ELSA, MEDC, CPIN, dan AISA.

“Secara teknikal candlestick membentuk lower high dan lower low mengindikasikan potensi pelemahan,” jelasnya.

Menurutnya, dorongan aksi profit taking masih akan membayangi pergerakan IHSG. Begitu pula dengan perkembangan kasus Covid-19 di dalam negeri yang masih relatif tinggi, tetapi mulai menurun beberapa hari belakangan.

Invasi pertama Rusia dan langkah Bank Sentral Inggris

Editorial Team

Tonton lebih seru di