Pendapatan Bukalapak (BUKA) Naik, Tapi Kena Rugi Bersih Rp1,54 Triliun

Intinya sih...
Pendapatan Bukalapak naik tipis 0,50 persen menjadi Rp4,46 triliun pada 2024.
Kerugian bersih perusahaan meningkat 11,04 persen menjadi Rp1,54 triliun karena peningkatan beban pokok pendapatan.
Bukalapak akan berfokus pada empat segmen bisnis utama dan optimistis meraih pertumbuhan pendapatan serta profitabilitas berkelanjutan.
Jakarta, FORTUNE - Kabar kurang sedap datang dari PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang mencatatkan lonjakan kerugian bersih 11,04 persen atau Rp1,54 triliun pada 2024. Catatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,37 triliun.
Ironisnya, di tengah kerugian yang melebar, Bukalapak sebenarnya berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan meski tipis, yaitu 0,50 persen menjadi Rp4,46 triliun pada 2024. Kontribusi pendapatan ini hampir seimbang antara segmen Online to Offline (O2O) dan Marketplace.
Lantas, apa yang menyebabkan kerugian Bukalapak justru meningkat? Rupanya, beban pokok pendapatan perseroan mengalami kenaikan signifikan dari Rp3,38 triliun menjadi Rp3,74 triliun. Di sisi lain, kabar baiknya, beban penjualan dan pemasaran berhasil ditekan menjadi Rp328,43 miliar dari sebelumnya Rp518,43 miliar. Namun, beban umum dan administrasi justru membengkak menjadi Rp1,45 triliun dari Rp1,34 triliun pada 2023.
Kombinasi peningkatan beban ini mendorong kerugian usaha Bukalapak melonjak tajam menjadi Rp2,51 triliun, jauh lebih tinggi dari Rp2,12 triliun pada tahun sebelumnya. Kondisi inilah yang akhirnya menyeret rugi bersih perusahaan ikut terkerek naik.
Kondisi keuangan Bukalapak juga menunjukkan peningkatan liabilitas menjadi Rp1,09 triliun pada 2024, naik dari Rp792,02 miliar pada 2023. Sementara itu, total ekuitas perseroan turun menjadi Rp23,70 triliun dari Rp25,33 triliun.
Dari sisi aset, total aset Bukalapak menyusut menjadi Rp24,79 triliun dari Rp26,12 triliun, dengan komposisi aset lancar Rp17,83 triliun dan aset tidak lancar Rp6,95 triliun.
Namun, di tengah tantangan ini, Bukalapak memiliki kabar baik pada departemen kas perusahaan. Mereka melaporkan posisi kas solid sebesar Rp19 triliun, yang diklaim akan menjadi modal penting dalam mendukung berbagai inisiatif pertumbuhan masa mendatang.
Menanggapi kinerja keuangan ini, CEO Bukalapak, Willix Halim, menyatakan perusahaannya tengah bertransisi menuju model bisnis lebih efisien dan berkelanjutan.
"Saat kami bertransisi menuju model bisnis yang lebih ramping dan berkelanjutan, kami telah mengambil langkah strategis untuk mengoptimalkan operasi kami. Upaya kami dalam merampingkan bisnis non-inti dan meningkatkan efisiensi operasional mulai menunjukkan hasil positif," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (18/3).
Ke depannya, Bukalapak akan memfokuskan diri pada empat segmen bisnis utama: Mitra Bukalapak, Gaming, Retail, dan Investment. Perubahan ini juga akan diikuti dengan penyesuaian struktur pelaporan keuangan mulai kuartal I-2025.
Untuk 2025, Bukalapak optimistis akan meraih pertumbuhan pendapatan dan margin kontribusi yang berkelanjutan pada seluruh segmen bisnis intinya. Perusahaan juga menargetkan operasionalisasi lebih efisien, yang diharapkan akan mendorong peningkatan profitabilitas secara berkelanjutan.
"Seiring dengan masih berlangsungnya proses restrukturisasi yang diperkirakan akan selesai pada paruh pertama tahun 2025, kami berharap dapat melihat dampak penuh dari perbaikan ini setelahnya. Dengan memperkuat pilar bisnis inti dan meningkatkan efisiensi, kami berada di jalur yang tepat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan memberikan nilai jangka panjang bagi para pemangku kepentingan kami," kata Willix.