Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dolar AS Tembus Rp16.500, BI Siaga Jaga Stabilitas Nilai Tukar

Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Intinya sih...
  • Otoritas moneter bersiaga jaga stabilitas nilai tukar rupiah setelah melemah terhadap dolar AS.
  • Rupiah masih relatif stabil dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya.
  • BI akan mengoptimalkan instrumen moneter untuk memperkuat stabilitas rupiah dan meningkatkan investasi asing.

Jakarta, FORTUNE - Pagi ini, para pelaku pasar sempat dibuat khawatir ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menembus level Rp16.500. Bahkan, setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen, rupiah sempat melemah lagi ke Rp16.520 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB.

Namun, kekhawatiran ini segera diredam oleh pernyataan tegas Gubernur BI, Perry Warjiyo. Dia memastikan meskipun ada tekanan dari luar, kondisi nilai tukar rupiah masih terkendali.

Perry juga menekankan rupiah masih lebih stabil dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya berkat kebijakan stabilisasi yang terus dilakukan oleh sang otoritas moneter.

"Kami optimis rupiah akan kembali stabil. Bank Indonesia akan terus berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar, apalagi didukung oleh imbal hasil investasi yang menarik, inflasi yang terjaga rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan," kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/3).

Perry juga menjelaskan rupiah saat ini masih relatif stabil dibandingkan mata uang negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia, dan bahkan lebih kuat dibandingkan mata uang negara maju selain dolar AS.

Untuk memperkuat rupiah, BI akan terus menggunakan berbagai "senjata" moneternya, termasuk instrumen seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sukuk Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Utang Valas Bank Indonesia (SUVBI). Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi asing dan menjaga agar nilai tukar rupiah tetap stabil.

Asing belanja SBN dan SRBI

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menambahkan gejolak global saat ini memang sedang tinggi-tingginya, dan inilah yang membuat rupiah ikut tertekan. Ibaratnya, pasar keuangan dunia sedang kurang tenang. Akibatnya, pasar saham juga ikut terkoreksi lumayan dalam sejak awal tahun, dan ini membuat investor asing menarik dana sekitar Rp22 triliun.

Kabar baiknya, di sisi lain, investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) dan instrumen baru BI, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), justru kebanjiran modal asing hingga Rp25 triliun. Ini menunjukkan fondasi ekonomi Indonesia masih cukup kuat dan menarik bagi investor.

"Bank Indonesia akan terus memantau dan aktif di pasar untuk memastikan nilai tukar rupiah tetap stabil. Beberapa hari belakangan ini, kami sudah melakukan intervensi di berbagai pasar, termasuk pasar spot, Non-Deliverable Forward (NDF), dan juga di SBN jika memang dibutuhkan," kata Destry.

Secara keseluruhan, dari awal tahun hingga 17 Maret 2025, investasi portofolio masih mencatatkan aliran dana masuk bersih sebesar US$0,8 miliar. Ini terutama karena ramainya investor yang membeli SBN dan SRBI.

Selain itu, Destry memastikan cadangan devisa Indonesia masih sangat kuat, mencapai US$154,5 miliar per akhir Februari 2025. Jumlah ini lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama beberapa bulan ke depan.


Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us