NEWS

Tertinggal, Indonesia Peringkat ke-8 Pemanfaatan PLTS & PLTB di ASEAN

PLTS dan PLTB RI di bawah 1% dalam bauran energi nasional.

Tertinggal, Indonesia Peringkat ke-8 Pemanfaatan PLTS & PLTB di ASEANPLTS terapung di Waduk Cirata Jawa Barat/Dok ABB
19 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indonesia berada pada urutan ke-8 dalam pemanfaatan energi surya dan angin skala besar di negara-negara ASEAN.

Indonesia hanya unggul dari Brunei, Laos dan Timor Leste yang sama sekali tidak memiliki pembangkit energi surya dan angin skala besar. 

Hal tersebut terungkap dalam Laporan Global Energy Monitor (GEM) bertajuk “A Race to the Top: Southeast Asia 2024”. Secara total, kapasitas energi surya dan angin skala besar di ASEAN mencapai 28 gigawatt (GW) atau tumbuh 20 persen dalam periode Januari-1 November 2023.

Vietnam, Thailand, dan Filipina merupakan tiga negara dengan energi surya dan angin terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas terpasang masing-masing 19.501 Megawatt (MW), 3.133 MW, dan  3.018 MW.

Sementara itu, kapasitas energi surya dan angin di Indonesia mencapai 178 megawatt (MW) atau masih di bawah 1 persen dari total kapasitas pembangkit listrik nasional. 

Janna Smith, peneliti sekaligus penulis laporan GEM, mengatakan bahwa pertumbuhan kapasitas energi surya dan angin di ASEAN sejalan dengan komitmen energi terbarukan yang dijanjikan. Namun, lambatnya proyek baru yang mulai konstruksi, tantangan regulasi energi terbarukan, serta ketergantungan pada bahan bakar fosil, jadi hambatan dalam transisi energi bersih di regional ini.

“Pertumbuhan energi terbarukan di regional ini cukup mengesankan, tetapi seharusnya dapat lebih baik. Dengan dunia global menargetkan kapasitas energi terbarukan naik tiga kali lipat pada 2030, pemerintah perlu mempermudah upaya mengembangkan energi surya dan angin," ujarnya, dalam keterangan resmi yang diterima Fortune Indonesia, Jumat (19/1). 

Filipina dan Vietnam punya prospek besar

Dalam laporan yang sama, Filipina dan Vietnam tercatat memiliki prospek proyek energi surya dan angin terbesar, dengan masing-masing 99 GW dan 86 GW. Angka tersebut juga mencerminkan 80 persen prospek kapasitas regional Asia Tenggara, dan termasuk urutan 7 dan 8 terbesar prospek kapasitas dunia. Sementara Indonesia tercatat memiliki 19 GW proyek energi surya dan angin prospektif, atau terbesar ketiga di Asia Tenggara.

ASEAN juga memiliki potensi energi angin lepas pantai mencapai 124 GW atau lima kali lipat dari potensi di darat, yang setara hampir dua kali lipat kapasitas pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) lepas pantai global saat ini 69 GW.

Namun, meski memiliki proyek-proyek prospektif dalam perencanaan, hanya sebagian kecil yang sudah mulai konstruksi, yakni 6 GW (3 persen), atau hanya seperempat rata-rata global. 

Khusus di Indonesia, walaupun kapasitas proyek dalam perencanaan termasuk tiga terbesar di Asia Tenggara, belum ada proyek yang mulai dikerjakan.

“Sudah saatnya Indonesia menggenjot pembangunan proyek energi bersih dengan bekal aturan energi terbarukan yang memadai. Tidak dicampur dengan energi baru yang masih berasal dari energi fosil seperti RUU EBET yang tengah disusun," kata Sartika Nur Shalati, Peneliti Yayasan Indonesia CERAH.

Selain itu, dibutuhkan juga dukungan kemudahan berinvestasi dengan mengalihkan subsidi energi fosil untuk insentif energi terbarukan secara bertahap. 

"Apalagi tahun depan. Kita harus mengejar target bauran energi terbarukan hingga 25 persen yang saat ini masih sekitar 12 persen” ujarnya.

Dengan target kapasitas energi terbarukan 35 persen pada 2025, negara-negara ASEAN hanya perlu meningkatkan kapasitas 10,7 GW dari yang sudah ada untuk mencapai target tersebut. Dengan 23 GW ditargetkan mulai beroperasi pada 2025, regional Asia Tenggara berpotensi melampaui target yang telah ditetapkan.

Related Topics