Pendiri BYD Klaim Mobil Listrik Cina Unggul 3-5 Tahun dari Rival

Jakarta, FORTUNE – Pendiri BYD, Wang Chuanfu, mengklaim bahwa mobil listrik buatan Cina memiliki keunggulan teknologi tiga hingga lima tahun lebih maju dibandingkan pesaing asing. Pernyataan ini ia sampaikan dalam wawancara CCTV pada Senin (19/2), setelah pertemuannya dengan Presiden Cina, Xi Jinping. Wang sendiri mendapat posisi utama dalam pertemuan yang juga dihadiri pendiri Alibaba, Jack Ma, dan beberapa eksekutif bisnis lainnya. Pertemuan tersebut menunjukkan komitmen baru Beijing terhadap sektor teknologi yang tengah menghadapi tantangan.
Melansir Fortune.com (20/2), dalam beberapa tahun terakhir, BYD berkembang pesat menjadi produsen mobil listrik terbesar di Cina. Perusahaan ini juga sukses menembus pasar internasional dan bersaing ketat dengan Tesla dalam perebutan posisi produsen EV terbesar di dunia.
Mobil listrik buatan Cina semakin diterima di berbagai negara, termasuk Meksiko, Malaysia, dan Thailand. Salah satu faktor utama adalah harga yang lebih kompetitif dibandingkan kendaraan listrik dari Jepang, Korea Selatan, dan Eropa. Namun, Wang menegaskan bahwa kesuksesan produsen EV Cina bukan hanya soal harga, tetapi juga inovasi.
“Di balik setiap teknologi kami ada inovasi… dan di balik setiap teknologi kami ada kerja keras 110.000 insinyur,” kata Wang.
Para analis mencatat bahwa BYD berkembang dengan sangat cepat, mendekati tingkat kecanggihan Tesla dengan biaya produksi yang lebih rendah. Paul Gong, Direktur Eksekutif Riset Otomotif di UBS, bahkan mengungkapkan kekagumannya. “Kami sangat terkejut dengan betapa cepatnya BYD bisa menyusul,” ujarnya dalam konferensi Fortune tahun lalu.
Kontroversi dan persaingan global
Cina mulai berinvestasi besar dalam industri EV sejak awal 2010-an dengan memberikan subsidi kepada produsen dan konsumen. Namun, langkah ini menuai kritik dari negara-negara Barat, terutama AS dan Uni Eropa, yang menuding Cina melakukan produksi berlebih dan menjual EV dengan harga di bawah pasar global. Uni Eropa bahkan telah memberlakukan tarif pada EV Cina dengan alasan harga yang ditekan secara artifisial oleh subsidi negara.
Sebagai respons, produsen EV Cina berargumen bahwa biaya rendah mereka lebih disebabkan oleh inovasi dalam produksi dan manajemen, bukan karena bantuan pemerintah. Persaingan ketat di dalam negeri juga memaksa produsen untuk terus berinovasi guna menonjol dan memangkas biaya produksi.
BYD, misalnya, mengembangkan baterai “blade” yang tidak bergantung pada nikel, yang diklaim lebih aman. Sementara itu, Nio memperkenalkan sistem pertukaran baterai untuk kendaraan listriknya di daratan Cina. Pendatang baru seperti Xiaomi juga berlomba-lomba menawarkan fitur otonom guna bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Pekan lalu, BYD mengumumkan bahwa mereka akan menyertakan fitur bantuan mengemudi pada lebih banyak model, termasuk Seagull, mobil dengan harga di bawah USD 10.000. Analis Morningstar, Vincent Sun, menilai meskipun teknologi BYD bukan yang “terdepan di industri,” fitur ini tetap memberikan “bantalan terhadap persaingan harga yang sangat ketat.”
Dengan dominasi yang semakin kuat, Wang optimistis bahwa keterbukaan pasar akan membuat dunia semakin menerima kendaraan listrik buatan Cina.