NEWS

Meski Pandemi Masih Pasang, Minat Beli Rumah Tak Surut

Indeks harga properti meningkat pada Q2 2021.

Meski Pandemi Masih Pasang, Minat Beli Rumah Tak SurutIlustrasi properti. (ShutterStock_sommart sombutwanitkul)

by Tanayastri Dini Isna KH

08 October 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pandemi tidak menyurutkan niat calon konsumen untuk membeli properti. Buktinya, pada kuartal II-2021, harga properti menunjukkan perbaikan setelah didera perlambatan berturut-turut empat kuartal sebelumnya.

Berdasarkan Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI), indeks harga properti nasional akhirnya naik 2,24 persen, dari 110,3 persen pada kuartal I-2021 menjadi 112,8 persen pada kuartal II-2021. Secara tahunan, kenaikannya mencapai 1,97 persen.

Meski indeks harga apartemen masih menurun, segmen rumah tapak justru menunjukkan peningkatan. “Kita melihat bahwa optimisme pasar sudah mulai bangkit,” ujar Country Manager Rumah.com, Marine Novita dalam webinar "Tren Hunian Pascapandemi", dikutip Kamis (7/10).

Selain itu, minat terhadap detail hunian turut bertumbuh pada awal pandemi, namun anjlok pada Juli 2021 ketika kebijakan PPKM Darurat berlaku. Sebulan kemudian, minat tersebut pulih.

Novita menjelaskan, “kita melihat adanya fluktuasi pada 2021 ini, namun secara umum angka peminatan ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka di tahun 2020.”

1. Insentif PPN Dorong Penjualan Properti

Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, pemberlakuan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) properti sejak Maret hingga Agustus 2021 telah mendorong perdagangan hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah (10 persen), masyarakat menengah (20 persen), dan masyarakat kelas atas (10 persen).

Data Real Estat Indonesia (REI) juga menyebut terjadi kenaikan penjualan properti di kisaran 10 hingga 20 persen pada Maret-Mei 2021. Pada akhirnya, kinerja positif itu membuat pemerintah memperpanjang kebijakan hingga Desember 2021.

Akan tetapi, masyarakat berharap kebijakan itu dapat dibarengi dengan penurunan suku bunga. “Uang muka nol persen membantu masyarakat yang kesulitan menghimpun uang muka di awal transaksi. Meski demikian, mereka pun menyadari, uang muka rendah membuat cicilan semakin tinggi,” jelas Novita.

Berdasarkan data Rumah.com Consumer Sentiment Study semester II-2021, 60 persen responden menganggap suku bunga KPR terlalu tinggi. Kemudian, 88 persen di antaranya menginginkan agar pemerintah menurunkan suku bunga.

2. Tren Pencarian Properti

Mengacu pada Rumah.com Consumer Sentiment Study semester II-2021, semakin banyak pencari rumah yang mengandalkan portal properti selama pandemi ini. Studi tersebut berlangsung pada Mei hingga Juli 2021, melibatkan 1.031 responden di Indonesia.

Pada paruh kedua 2021, 56 persen mengklaim menggunakan portal properti; meningkat dari 47 persen pada paruh pertama 2021.

90 persen pencari properti berburu rumah tapak di wilayah Jabodetabek. Secara akumulatif, platform Rumah.com mencatat, 53 persen pencarian di Rumah.com pada kuartal II-2021 masih dikuasai oleh kota-kota di DKI Jakarta. Yang paling menarik bagi mereka adalah Jakarta Selatan.

Namun, ada peningkatan tren pencarian properti di kota-kota satelit seperti Kabupaten Bogor (3 persen), Kabupaten Bekasi (2 persen), Tangerang (1 persen), dan Kota Bogor (1 persen).