SHARIA

Diversifikasi Jadi Alasan Masyarakat Memilih Reksa Dana Syariah

Reksa dana syariah bisa menjadi pilihan bagi investor.

Diversifikasi Jadi Alasan Masyarakat Memilih Reksa Dana SyariahShutterstock/ITTIGallery
22 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Global Islamic Asset Management Report menunjukkan aspek diversifikasi menjadi alasan terbesar mengapa investasi reksa dana syariah dipilih di samping performa dan penyesuaian strategi alokasi aset. Senada dengan itu, Direktur Utama PT Insight Investments Management Ekiawan Heri Primaryanto menyampaikan, aspek diversifikasi menjadi alasan reksa dana syariah dipilih masyarakat. 

"Hal ini menjadi keunggulan aset syariah dalam komposisi portofolio yang berbeda daripada aset konvensional," ujar Heri dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Selasa (21/6).

Reksa dana syariah diklaim unggul

Reksa dana syariah/Dok. OJK

Dalam 10 tahun terakhir, kata Heri, reksa dana syariah khususnya aset fixed income membukukan kinerja positif dan unggul dibanding jenis reksa dana lainnya, yakni sebesar 63,32 persen. 

Heri menilai berbagai isu, baik global maupun domestik dalam 10 tahun terakhir memicu volatilitas tinggi di pasar finansial, tetapi Reksa Dana Haji Syariah (I-Hajj) menerapkan strategi investasi pada short duration corporate bonds dan fokus pada searching for better yield secara konsisten. Dengan demikian, mampu bertahan dan tetap mencatatkan performa yang lebih unggul ketimbang benchmark-nya. 

"Bisa dilihat bahwa kinerja Reksa Dana I-Hajj Syariah periode 10 tahun, mampu mengungguli benchmark dengan pencapaian return hingga 90,59 persen. Sebuah kinerja yang dapat dikategorikan baik sekali bagi reksa dana berbasis pendapatan tetap," katanya.

Adapun untuk produk Reksa Dana Campuran Syariah, kata dia, juga memiliki kinerja yang baik. Misalnya, Reksa Dana Insight Syariah Berimbang (I-Share) memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dalam menerapkan strategi optimal sesuai kondisi pasar, yakni overweight bonds (defensive) ketika kondisi resesi ekonomi, dan overweight equity (aggressive) ketika kondisi pemulihan ekonomi. 

"Hal ini secara keseluruhan mampu mencatatkan performa yang lebih baik ketimbang benchmark-nya," ucap Heri.

Related Topics